Mengutip GSM Arena, keputusan ini diberikan akibat pelanggaran terhadap General Data Protection Regulation (GDPR) terkait transfer data pengguna EEA ke Tiongkok, dan juga karena tidak menegakkan persyaratan transparansi mengenai hal ini.
Selain denda, TikTok juga diharuskan untuk menyesuaikan pemrosesan datanya dengan GDPR dalam waktu enam bulan. Jika tidak, transfer datanya ke China akan ditangguhkan. TikTok awalnya menyatakan pihaknya tidak menyimpan data pengguna EEA pada server yang berlokasi di Tiongkok.
Namun pada bulan April lalu, TikTok memberi tahu DPC tentang masalah yang ditemukannya pada bulan Februari, bahwa data pengguna EEA terbatas memang telah disimpan pada server di Tiongkok. Dengan demikian, informasi awal yang diberikan terbukti tidak akurat dan TikTok telah memberi tahu DPC bahwa data tersebut telah dihapus.
Sebelumnya, Fenomena AI anomali yang viral di TikTok saat ini menunjukkan kemiripan yang signifikan dengan Italian Brainrot. AI anomali ini menampilkan karakter-karakter unik yang seringkali dihasilkan atau dimanipulasi oleh kecerdasan buatan, dengan ciri khas sosok dan tingkah laku yang lucu, aneh, dan absurd.
Italian Brainrot yang populer adalah hiu berkaki sepatu (Tralalero Tralala) atau buaya berkepala pesawat tempur (Bombardiro Crocodillo). Italian Brainrot seringkali disertai dengan suara AI berbahasa Italia yang membacakan teks absurd atau tidak nyambung.
Sementara itu, Tokopedia dan TikTok Shop melaporkan lonjakan transaksi yang luar biasa di Kuartal I-2025, berkat kampanye berbasis konten video. Program Beli Lokal menyumbang 90 persen lonjakan transaksi, Promo Guncang 100 persen, bahkan Ramadan Ekstra Seru mencatat kenaikan nilai transaksi hingga 24 kali lipat.
Melihat tren ini, Tokopedia dan TikTok Shop semakin menggencarkan program Creators Lab untuk mendukung kampanye BelanjaAman. Kampanye BelanjaAman bertujuan menciptakan pengalaman belanja online yang aman, nyaman, dan terpercaya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News