Guna membahas fasilitas sinkrotron, serta perannya dalam studi material, konservasi warisan budaya, dan pemantauan lingkungan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bekerja sama dengan Synchrotron Light Research Institute (SLRI) - Thailand mengadakan acara Voice of Research (VoR) bertema "Knowledge sharing related to the application of synchrotron in cultural heritage and environmental research" di Kawasan Sains dan Teknologi B.J. Habibie Serpong.
Kepala Pusat Riset Teknologi Analisis Berkas Nuklir (PRTABN) - BRIN, Abu Khalid Rivai menyampaikan kegiatan ini merupakan inisiatif untuk mempercepat kolaborasi riset antara PRTABN BRIN dengan SLRI terkait teknologi sinkrotron tentang warisan budaya dan pemantauan lingkungan. “Pertemuan ini untuk mempercepat komitmen kita dalam menjaga dan memelihara kemajuan regional khususnya dalam pemanfaatan teknologi sinkrotron,” ujarnya.
Ia juga mengatakan secara umum kolaborasi ini dalam bentuk kerja sama ilmiah, baik secara institusi maupun bilateral antara Indonesia dengan Thailand. Kerja sama ini juga untuk menjajaki peluang riset antara BRIN dan SLRI serta diskusi teknis fasilitas tentang teknologi sinkrotron dan aplikasinya.
“Kami berharap dapat membuat perjanjian kerja sama yang resmi antara institusi kami dengan SLRI. Ini waktu yang sangat bermanfaat bagi kami, belajar dari pakar, dari Thailand, SLRI dan Rajamangala University of Technology Suvarnabhumi untuk belajar teknologi sinkrotron dan teknologi maju serta pemanfaatannya, khususnya tentang warisan budaya dan penelitian lingkungan,” lanjut Abu.
Abu berharap melalui kegiatan ini dapat memperoleh banyak informasi tentang teknologi sinkrotron dan pemanfaatannya, serta dapat memperkuat kolaborasi antar institusi dan lebih produktif.
Kepala Organisasi Riset Tenaga Nuklir (ORTN) – BRIN, Syaiful Bakhri menegaskan kegiatan ini tidak hanya berhenti sampai disini. PRTABN - BRIN akan segera menindaklanjuti terkait penelitian yang lebih spesifik lagi. “Tidak hanya dengan Organisasi Riset kami, tetapi juga OR lainnya di bawah BRIN terkait warisan budaya dan penelitian lingkungan. Kami memiliki OR lain yang memiliki topik serupa,” tegasnya.
Syaiful menyebut fokus teknologi yang ada di PRTABN BRIN yaitu teknologi analisis berkas nuklir dan pemanfaatan berkas nuklir. Dia juga menyoroti hal penting lain mengenai kesempatan pertukaran periset untuk mempelajari teknologi sinkrotron di Thailand.
“Kita dapat mengirim sumber daya manusia (SDM) atau periset ke SLRI, demikian juga kami mengundang para pakar dari SLRI kesini. Kita dapat meningkatkan riset kita bersama. Kita juga dapat meningkatkan ekosistem di Asia terutama terkait analisis berkas nuklir, yaitu pemanfaatan akselerator untuk warisan budaya dan penelitian lingkungan,” harapnya.
Sementara itu, Kepala Bagian Keselamatan SLRI – Thailand, Somchai Tancharakorn mengatakan bahwa SLRI merupakan organisasi publik dibawah Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, Riset dan Inovasi, Pemerintah Kerajaan Thailand. SLRI terbuka bagi periset lain di Thailand maupun dari luar negeri.
“Untuk program magang, kita pernah menerima beberapa mahasiswa magang dari BRIN dan pertukaran periset dari BRIN pada tahun 2023 – 2024 dengan topik tertentu,” ungkapnya.
Somchai juga menjelaskan fasilitas sinkrotron yang dimiliki SLRI. Dirinya menyebutkan terdapat lebih dari 50 fasilitas sinkrotron di dunia, di Asia Tenggara berada di Thailand dan Singapura. Ia menerangkan sinkrotron menggunakan berkas elektron yang dipercepat dalam ruang penyimpanan berkas partikel (storage ring), diarahkan berkasnya oleh medan magnet dan disalurkan berkasnya ke fasilitas-fasilitas pengujian.
“SLRI melakukan kolaborasi penelitian dengan pengguna dari akademisi dan industri yang memanfaatkan berkas elektron/foton yang dihasilkan oleh sinkrotron, menyediakan fasilitas layanan sinkrotron, mempromosikan fasilitas sinkrotron dan mentransfer teknologi sinkrotron ke masyarakat,” terang Somchai.
Ia menambahkan, terkait arkeologi, teknologi sinkrotron dapat digunakan untuk mendeteksi unsur-unsur dari benda warisan budaya atau bersejarah yang berumur ribuan tahun.
Aplikasi Teknologi Sinkrotron untuk Warisan Budaya
Beamline Scientist at Beamline 8, SLRI – Thailand, Wuthikrai Busayaporn memaparkan beberapa teknologi sinkrotron yang dapat digunakan pada benda cagar budaya diantaranya X-Ray Fluorescence (XRF) yaitu teknik analisis non destruktif untuk mengidentifikasi unsur-unsur pada material.
“XRF bisa menyelidiki unsur, untuk melihat “finger print” unsur pada sampel. Dengan kemajuan SR micro beam, kita dapat secara bertahap mengukur titik dan memetakan unsur pada permukaan yang sebenarnya. Contohnya, XRF yang diinduksi radiasi sinkrotron untuk karakterisasi objek emas kuno, dapat menunjukkan komposisi yang berbeda dari bros, kalung dan liontin,” jelasnya.
Lebih lanjut dia menjelaskan, X-ray Absorption Spectroscopy (XAS) atau X-ray Absorption Fine Structure (XAFS) yaitu spektroskopi yang dapat mengamati struktur halus pada osilasi penyerapan sinar-X dengan memindai energi foton.
Contohnya untuk menentukan kondisi penembakan kuno pada tembikar Ban Ciang, mengidentifikasi dan melacak reaksi kimia untuk memahami dinamika lukisan mural pada dinding candi. Pada warisan dunia UNESCO, batu bata Dvaravati di Istana Sri Thep, teknik tomografi dapat menentukan porositas dan tinggi densitas batu bata.
Menurut Wuthikrai, penelitian arkeologi dengan dukungan sains dan teknologi canggih terbukti mampu mengatasi tantangan tersebut. “Diperlukan kerja tim dengan multidisiplin ilmu dan meskipun tanpa hibah dan pendanaan, penelitian ini akan tetap berjalan,” katanya.
Sementara itu, Chief of Industrial Application Research Division, Beamline scientist II, SLRI - Thailand, Waraporn Tanthanuch menjelaskan teknik spektroskopi infrared dan imaging untuk karakterisasi kimia. “Dengan menggunakan mikroskop dapat menganalis sampel kecil untuk mendapat informasi kimia molekul dan gambaran peta molekul kimia pada sampel,” tandasnya.
Waraporn mengungkapkan pemanfaatan teknologi sinkrotron dalam arkeologi diantaranya untuk mengidentifikasi pigmen dan warna, karakterisasi tembikar dan keramik, analisa residu organik (sisa makanan, perekat, penguburan), studi tulang dan bahan bio arkeologi.
Pada kesempatan yang sama, Assistant Professor, Rajamangala University of Technology Suvarnabhumi, Mongkol Kaewbumrung memaparkan simulasi numerik tentang pengaruh distribusi kelembaban pada lukisan kuno di Istana Phra Nakhon Si Ayutthaya, Thailand dengan memanfaatkan teknologi sinkrotron untuk mengetahui dinamika lukisan kuno.
Mongkol juga mengatakan arkeologi botani berperan penting dalam menggabungkan prinsip pertumbuhan tanaman dengan prinsip arsitektur untuk merancang pergerakan arus udara ke area yang diinginkan atau menggunakan pigmen tanaman untuk menciptakan berbagai warna dalam lukisan kuno, dan lain lain.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News