Laporan berjudul “The AI Security Balancing Act: From Risk to Innovation” ini mengungkap bahwa meskipun para CEO sangat optimistis dan mendorong investasi besar-besaran pada GenAI, para pimpinan keamanan (Chief Information Security Officer atau CISO) justru merasa pesimis karena kurangnya panduan yang jelas serta tantangan dari infrastruktur yang ada.
Riset yang mensurvei lebih dari 2.300 pengambil keputusan senior di 34 negara ini menunjukkan bahwa hampir semua (99%) eksekutif C-Suite berencana untuk terus berinvestasi di GenAI dalam dua tahun ke depan.
Bahkan, 67% CEO menyatakan akan berkomitmen secara besar-besaran untuk adopsi teknologi ini. Namun, optimisme ini tidak sepenuhnya dirasakan oleh tim keamanan. Hampir separuh CISO (45%) mengaku memiliki pandangan negatif terhadap adopsi GenAI.
Lebih dari setengahnya (54%) menyatakan bahwa pedoman internal terkait tanggung jawab penggunaan GenAI di perusahaan mereka masih belum jelas, sebuah kekhawatiran yang hanya dirasakan oleh 20% CEO.
Kesenjangan Kesiapan Operasional dan Infrastruktur
Ketidaksepahaman ini diperparah oleh kesenjangan antara visi pimpinan dan kesiapan tim di lapangan. Sebanyak 69% CISO mengakui bahwa tim mereka belum memiliki keterampilan yang cukup untuk bekerja dengan teknologi GenAI.Masalahnya semakin kompleks karena 72% organisasi yang disurvei belum memiliki kebijakan formal terkait penggunaan GenAI. Akibatnya, hanya 24% CISO yang merasa sangat yakin bahwa perusahaan mereka memiliki kerangka kerja yang kuat untuk menyeimbangkan antara risiko dan inovasi.
Selain masalah internal, infrastruktur lama menjadi penghambat utama. Sebanyak 88% pemimpin keamanan menyatakan bahwa infrastruktur warisan sangat memengaruhi kelincahan bisnis dan kesiapan dalam mengadopsi GenAI.
Untuk mengatasi ini, mayoritas CISO (64%) lebih memilih untuk berinovasi bersama mitra IT strategis ketimbang mengandalkan solusi AI yang berdiri sendiri.
Pentingnya Kolaborasi dan Tata Kelola
Sheetal Mehta, Senior Vice President dan Global Head of Cybersecurity NTT DATA, Inc., menekankan pentingnya integrasi keamanan sejak awal. “Ketika organisasi makin cepat mengadopsi GenAI, keamanan siber harus menjadi bagian penting sejak awal agar ketahanan perusahaan tetap terjaga,” ujarnya.“CEO mungkin fokus pada inovasi, tapi kolaborasi antara keamanan dan strategi bisnis sangat penting agar risiko baru bisa diminimalisir,” tambahnya.
Dia menambahkan bahwa pendekatan yang aman memerlukan keselarasan, infrastruktur modern, dan kolaborasi yang tepercaya. Pandangan ini didukung oleh Craig Robinson, Research Vice President, Security Services IDC.
“Kolaborasi sangat dihargai oleh pimpinan lini bisnis dalam hubungan mereka dengan para CISO. Tapi kesenjangan masih ada, terutama antara harapan organisasi soal manajemen risiko dan kemampuan nyata keamanan siber saat ini.
Meski GenAI jelas membawa banyak manfaat, para CISO dan pimpinan risiko global masih kesulitan menjelaskan pentingnya tata kelola dan kontrol yang tepat,” tambah Robinson.
Riset ini menyimpulkan bahwa untuk adopsi GenAI yang sukses, kolaborasi antara pimpinan bisnis dan keamanan menjadi kunci yang sangat penting.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id