Sebuah studi terbaru oleh VDC Research menunjukkan bahwa hampir dua pertiga organisasi industri mengantisipasi pencapaian tahap "digital penuh" dalam dua tahun ke depan. Namun, di balik peningkatan efisiensi operasional yang tak terbantahkan, digitalisasi juga membawa efek samping berupa potensi ancaman siber yang lebih besar.
Kaspersky telah melakukan riset internal dan serangkaian wawancara dengan para profesional terkemuka di industri migas untuk mengidentifikasi enam tren digital utama yang membentuk masa depan sektor ini:
IIoT dan Cloud Computing: Industrial Internet of Things (IIoT) merevolusi operasi migas dengan memungkinkan pemantauan jarak jauh secara real-time. Komputasi awan melengkapi kemampuan ini dengan menawarkan analitik yang skalabel. Namun, ketergantungan pada platform cloud meningkatkan kerentanan terhadap serangan siber.
AI, ML, dan Hiper-otomatisasi: Kecerdasan Buatan (AI) dan Pembelajaran Mesin (ML) mendukung inisiatif hiper-otomatisasi yang mengoptimalkan pemeliharaan dan alur kerja operasional. Peningkatan ketergantungan pada sistem berbasis AI membuat industri rentan terhadap ancaman siber canggih seperti keracunan data atau manipulasi model.
Konvergensi TI/OT: Integrasi sistem Teknologi Informasi (TI) dan Teknologi Operasional (OT) memfasilitasi operasi jarak jauh dan pengambilan keputusan yang lebih baik. Namun, konvergensi ini menciptakan celah keamanan kritis karena sistem OT lama seringkali tidak memiliki fitur keamanan modern.
Robotisasi dan 5G: Penerapan robot, drone, dan kendaraan bawah air nirawak yang didukung AI mendukung inspeksi dan eksplorasi di lingkungan berbahaya. Konektivitas 5G meningkatkan transmisi data real-time. Namun, perangkat otonom ini rentan terhadap malware dan peretasan.
Digital Twins: Replika virtual dari aset fisik memungkinkan simulasi skenario dan optimasi proses. Digital twins yang disusupi dapat dimanipulasi untuk menyesatkan keputusan operasional atau mengekspos data sensitif.
Teknologi AR dan VR: Teknologi visualisasi canggih seperti Augmented Reality (AR) dan Virtual Reality (VR) memfasilitasi pelatihan dan operasi perbaikan jarak jauh. Mengintegrasikan lingkungan imersif ini menghadirkan vektor serangan baru, terutama melalui titik akses jarak jauh yang tidak aman.
Meskipun teknologi ini menjanjikan masa depan yang lebih cerdas, aman, dan tangguh, setiap bagian dari teknologi yang terhubung juga menciptakan banyak peluang untuk serangan siber, memperluas permukaan serangan.
Lingkungan yang sangat terhubung menimbulkan kerentanan signifikan, terutama melalui integrasi infrastruktur lama dan tantangan konvergensi TI/OT. Banyak lokasi operasional bergantung pada sistem lama yang tidak aman dengan teknologi usang yang tidak pernah dirancang untuk konektivitas eksternal.
Selain itu, pemberian akses eksternal kepada karyawan dan vendor pihak ketiga, meskipun penting secara operasional, menciptakan titik masuk baru yang harus diamankan secara ketat.
Tantangan teknis ini diperparah oleh defisit personel yang kritis, di mana industri kesulitan merekrut dan mempertahankan tenaga profesional terampil dengan keahlian hibrida di bidang teknik dan keamanan siber.
Menanggapi ancaman yang terus berkembang ini, peraturan Perlindungan Infrastruktur Kritis (CIP) yang ketat sedang diterapkan secara global. Untuk memanfaatkan potensi digitalisasi secara maksimal sekaligus melindungi aset dan personel, para pemangku kepentingan industri harus memprioritaskan kerangka kerja keamanan yang kuat, berinvestasi pada talenta keamanan siber yang terampil, dan mengadopsi praktik terbaik untuk mengelola sistem yang kompleks dan saling terhubung.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id