Dengan 158 juta pengguna aktif hariah, mereka berharap akan dapat mengumpulkan USD3 miliar (Rp40 triliun). IPO ini disebutkan akan menghargai perusahaan di atas USD20 miliar (Rp267 triliun).
Snap memutuskan untuk melakukan IPO di saat mereka sedang kesulitan. Perusahaan tersebut, yang awalnya bernama Snapchat, telah mengklaim bahwa mereka ingin menjadi "perusahaan kamera" dan tidak sekadar menjadi developer aplikasi. Mereka sudah cukup sukses dengan Spectacles, kacamata untuk merekam video.
The Verge melaporkan, Snap mengatakan bahwa bisnis iklannya tumbuh dengan cepat. Pada 2015, mereka mendapatkan penghasilan sebesar USD58.7 juta (Rp783,7 miliar) yang naik menjadi USD404.5 juta (Rp5,4 triliun) pada 2016.
Seiring dengan pertumbuhan pendapatan, kerugian yang diderita Snap juga membengkak. Pada 2015, Snap merugi USD372.9 juta (Rp5 triliun) dan kembali merugi sebesar USD514.6 juta (Rp6,9 triliun) pada tahun lalu. Kerugian mereka lebih besar dari pendapatan yang mereka kumpulkan.
Sebelum ini, Twitter juga kesulitan untuk mendapatkan untung saat mereka IPO, meski Facebook tidak mengalami masalah yang sama.
"Kami telah mengalami kerugian operasional dulu, kami memperkirakan akan mengalami kerugian operasi di masa depan, dan mungkin kami tidak akan pernah bisa mendapatkan atau mempertahankan keuntungan yang kami dapat," tulis Snap pada dokumen IPO mereka.
IPO ini muncul ketika bisnis utama Snap, media sosial Snapchat, menghadapi masalah dari Instagram. Selama 5 tahun, Facebook, yang membawahi Instagram, berusaha untuk menghancurkan Snapchat. Namun, usaha mereka terus gagal, sampai belum lama ini Instagram merilis fitur yang hampir sama persis dengan fitur pada Snapchat, yaitu Story.
Belum lama ini, para analis melihat adanya penurunan drastis pada view Snapchat Stories. Dan tampaknya Instagram Stories menjadi penyebab di balik hal itu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id