Kepada Metro TV, Ridlwan menjelaskan bahwa memecah belah rakyat adalah salah satu tujuan teroris. Setelah itu, mereka akan melakukan serangan menggunakan pasukan bersenjata. Dia menjadikan Marawi sebagai contoh.
"Pola-pola seperti ini, jangan sampai terjadi di Indonesia," katanya.
Ridlwan menghimbau pada masyarakat untuk berhenti berdebat di media sosial, untuk tidak "memberikan panggung" pada orang-orang yang mendukung terorisme. "Tentunya, kita juga mendesak aparat untuk memonitor akun-akun tertentu yang mendukung teroris," katanya.
Sekarang ini, ada orang-orang yang menyebutkan serangan teror seperti pengeboman di gereja-gereja di Surabaya dan serangan di Mako Brimob sebagai rekayasa. Terkait hal ini, Ridlwan berharap bahwa masyarakat dan tokoh politik berhenti menggunakan isu terorisme untuk politik. "Ini menyangkut hati nurani, juga kebebasan untuk beribadah," ujarnya.
Dia menyebutkan, sejak Donald Trump keluar sebagai pemenang dalam pemilu presiden Amerika Serikat pada 2016, mulai muncul budaya pesimisme terhadap media formal. Masyarakat menjadi skeptik pada sumber formal dan justru lebih memilih untuk memercayai berita di media sosial. "Itu bahaya jika tidak kita lawan," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id