Mengutip The Verge, Musk menjelaskan bahwa layanan baru ini termasuk antenna berperforma tinggi dan mengiklankan kecepatan antara 150Mbps hingga 500Mbps, latensi 20ms hingga 40ms, meningkat dari 50Mbps menjadi 250Mbps dan latensi 20ms menjadi 40ms yang ditawarkan oleh layanan regulernya.
Layanan premium ini diklaim mengusung kecepatan unggah dua kali lipat, dari 20Mbps menjadi 40Mbps, jika dibandingkan dengan 10Mbps hingga 20Mbps pada layanan standar. Namun peningkatan performa ini juga diikuti oleh peningkatan biaya berlangganan.
Sebagai pengingat, layanan Starlink dasar ditawarkan seharga USD499 (Rp7,2 juta) untuk hardware dan USD99 (Rp1,4 juta) per bulan. Sedangkan layanan Starlink Premium ditawarkan seharga USD2.500 (Rp35,9 juta) untuk antenna dan USD500 (Rp7,2 juta) per bulan.
Sementara itu, distribusi pendukung perangkat Starlink Premium akan dimulai pada kuartal kedua tahun ini. Starlink juga memberikan opsi deposit sebesar USD500 (Rp) untuk memesan slot berlangganan Premium.
Situs Starlink menyebut bahwa paket baru ini menargetkan usaha kecil, etalase dan pengguna super di seluruh dunia. Selain kecepatan lebih tinggi, Starlink juga menjanjikan layanan Premium yang ditawarkannya akan menyuguhkan performa lebih baik pada kondisi cuaca ekstrem.
Starlink juga menjanjikan konsumen akan memiliki akses ke dukungan prioritas dalam 24 jam setiap harinya. Namun sejumlah pihak mempertanyakan stabilitas paket berlangganan Premium Starlink ini, mengingat sejumlah pengguna mengalami penurunan performa saat kecepatan penggunaan melampaui 100Mbps.
Pengalaman ini membuat sejumlah pihak menilai performa layanan Starlink versi reguler tidak mampu mendukung aktivitas seperti rapat virtual via Zoom atau memainkan game online. Dengan demikian, Starlink masih membutuhkan waktu untuk membuktikan janjinya tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News