Mengutip TechCrunch, platform ini disebut dirancang untuk mempertemukan perusahaan dengan kandidat terbaik berdasarkan pemahaman AI mendalam. Dalam unggahan blog, CEO Aplikasi OpenAI Fidji Simo menyebut Jobs Platform akan menggunakan AI untuk menemukan kecocokan sempurna antara kebutuhan perusahaan dan kemampuan yang ditawarkan pelamar.
Tidak hanya itu, OpenAI juga akan menyediakan jalur khusus bagi usaha kecil dan pemerintah lokal agar lebih mudah mengakses talenta AI berkualitas, diklaim sebagai upaya untuk mendemokratisasi akses ke talenta teknologi mutakhir.
Langkah ini mencerminkan keinginan OpenAI untuk keluar dari ranah ChatGPT. CEO Sam Altman menyatakan bahwa Simo akan memimpin beberapa aplikasi baru, termasuk platform pekerjaan ini, serta browser dan aplikasi sosial media potensial dari OpenAI.
Peluncuran OpenAI Jobs Platform secara tidak langsung menambah persaingan langsung dengan LinkedIn, platform profesional milik Microsoft. Gelombang baru ini mempertemukan kompetitor yang didukung finansial kuat dengan akar teknologi yang sama.
Sejauh ini, LinkedIn telah mengintegrasikan teknologi AI dalam upaya menyempurnakan pencocokan antara pencari kerja dan perusahaan. Namun, kehadiran platform baru dari OpenAI dinilai sejumlah pihak akan menjadi ujian baru dalam ekosistem pencarian kerja digital.
Selain platform pekerjaan, OpenAI juga akan memperkenalkan sertifikasi AI melalui OpenAI Academy, platform pembelajaran daring yang telah diluncurkan tahun sebelumnya. Saat ini, OpenAI berencana meluncurkan pilot sertifikasi di akhir 2025.
Sertifikasi ini menargetkan untuk mensertifikasi 10 juta warga Amerika Serikat hingga 2030, salah satunya bekerja sama dengan raksasa ritel seperti Walmart. Fidji Simo menyampaikan bahwa tujuan utama adalah menciptakan talenta yang AI fluent atau pegawai yang bisa diandalkan dalam menghadapi adopsi AI yang masif dalam berbagai sektor pekerjaan.
Simo juga mengakui bahwa AI tidak bisa mencegah dampak disruptif di dunia kerja. Seperti ditegaskan oleh CEO Anthropic, Dario Amodei, AI bisa menghilangkan hingga 50% pekerjaan entry-level di sektor kerah putih pada 2030.
Namun, OpenAI berupaya menjadi bagian dari solusi, melalui pelatihan dan penempatan kerja AI. Kehadiran platform ini dinilai sejumlah pihak memungkinkan pelamar untuk memiliki nilai tambah nyata di pasar tenaga kerja dengan sertifikasi AI dan akses ke platform pekerjaan.
Sedangkan bagi perusahaan, fitur pemilihan kandidat berbasis AI memungkinkan proses perekrutan yang lebih cepat dan lebih tepat sasaran. Untuk ekonomi lokal, kehadiran platform ini menjadi jalur khusus untuk usaha kecil dan pemerintah lokal membuka peluang modernisasi dan adopsi AI lebih merata.
Sementara itu, penggunaan AI dalam perekrutan dinilai sejumlah pihak turut membawa risiko bias, seperti yang telah diteliti dalam studi terkait peluang AI memperkuat stereotip ras dan gender dalam proses penyaringan kandidat. OpenAI perlu memastikan algoritmanya transparan, adil, dan bebas diskriminasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News