Gangguan layanan panggilan darurat Australia oleh operator Optus menjadi sorotan internasional.
Gangguan layanan panggilan darurat Australia oleh operator Optus menjadi sorotan internasional.

Gangguan Operator Australia Kena Layanan Darurat, Ada yang Meninggal

Lufthi Anggraeni • 07 Oktober 2025 08:45
Jakarta: Gangguan parah yang mengguncang layanan panggilan darurat Australia oleh operator Optus, anak perusahaan Singtel, kini menjadi sorotan internasional usai dikaitkan dengan empat kematian.
 
Peristiwa ini menimbulkan pertanyaan besar tentang keterandalan infrastruktur telekomunikasi dan tanggung jawab penyedia layanan publik. Sebagai informasi, pada tanggal 18 September 2025, layanan Triple Zero (000) yang menjadi nomor panggilan darurat nasional Australia mengalami gangguan berat selama sekitar 13 jam.
 
Mengutip CNA, gangguan ini awalnya disebabkan oleh upgrade firewall jaringan yang keluar dari prosedur standar, sehingga panggilan darurat gagal tersambung ke hotline resmi. Akibat kegagalan ini, sekitar 600 panggilan darurat dari wilayah Northern Territory, South Australia, Western Australia, dan New South Wales gagal tersalurkan ke sistem Triple Zero.

Pihak berwenang kemudian mengkonfirmasi bahwa kemungkinan empat orang meninggal dunia dalam kondisi mereka berusaha menghubungi pemerintah lewat saluran darurat tersebut. Korban meliputi seorang bayi berusia delapan minggu, keterkaitan langsung kematian bayi ini dengan kegagalan layanan masih diselidiki, serta warga lanjut usia dari South Australia dan Western Australia.
 
Kejadian ini bukan yang pertama bagi Optus. Pada tahun 2023, perusahaan ini juga pernah dihukum denda senilai AUD12 juta (Rp131,9 miliar) karena gagal memastikan stabilitas ketersediaan akses ke saluran darurat selama pemadaman nasional.
 
Menanggapi krisis ini, Singtel sebagai induk perusahaan Optus menyampaikan permohonan maaf publik. CEO Singtel Yuen Kuan Moon menyatakan bahwa perusahaan sangat menyesal atas insiden tersebut dan akan melakukan investigasi menyeluruh.
 
Yuen juga menegaskan bahwa perubahan struktural diperlukan untuk mencegah kejadian serupa muncul lagi dan menyebut bahwa transformasi Optus yang dipimpin CEO baru, Stephen Rue, memerlukan waktu agar masalah sistemik dapat diperbaiki.
 
Harga saham Singtel pun terdampak, dalam satu hari sempat turun sekitar 2% menyusul berita gangguan ini, menunjukkan kekhawatiran investor terhadap reputasi dan keandalan operasi anak usaha perusahaan telekomunikasi asal SIngapura tersebut.
 
Pemerintah Australia dan otoritas komunikasi (ACMA) segera merespons insiden ini dengan kecaman tegas dan tuntutan pertanggungjawaban. Menteri Komunikasi Anika Wells menyebut kegagalan layanan darurat sebagai penurunan kepercayaan drastis terhadap kemampuan Optus dalam menjalankan fungsi darurat.
 
Wells juga mendorong pembentukan pengawasan eksternal atas sistem layanan darurat, agar operator telekomunikasi seperti Optus tidak hanya mengandalkan standar internal. Australia juga tengah merencanakan reformasi terhadap industri telekomunikasi nasional pasca kejadian ini untuk memastikan keamanan layanan darurat lebih kokoh.
 
Selain penyebab langsung seperti kesalahan prosedur upgrade firewall, Optus juga dikritik karena gagal menindaklanjuti setidaknya lima laporan awal dari pengguna yang melaporkan tidak bisa mengakses Triple Zero.
 
Laporan tersebut dinilai sejumlah pihak cukup untuk memicu eskalasi darurat, tetapi sistem internal gagal merespons dengan benar. Penelitian independen yang ditunjuk akan memeriksa apakah pemisahan infrastruktur panggilan darurat Triple Zero telah diatur dengan benar, serta sejauh mana sistem fallback ketika jaringan utama gagal berjalan sesuai rencana.
 
Selain itu, ambulans di South Australia dilaporkan tidak menerima peringatan dari sistem notifikasi darurat otomatis ketika layanan darurat macet, seperti yang telah diwajibkan oleh regulasi. Hal ini semakin menegaskan kefatalan kegagalan komunikasi internal antar lembaga.
 
Kabar ini juga mendapat reaksi diplomatis dari Singapura, karena Singtel adalah perusahaan milik negara, melalui Temasek, dan pemilik Optus. Perdana Menteri Singapura, Lawrence Wong, menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban dan menegaskan bahwa Singtel sebagai induk harus menghormati regulasi lokal Australia serta bertanggung jawab atas anak usaha di luar negeri.
 
Wong menegaskan bahwa pemerintah Singapura tidak akan ikut campur dalam operasi bisnis, tetapi berharap agar Optus dan Singtel kooperatif dalam penyelidikan dan pengembalian kepercayaan publik.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(MMI)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan