CEO Cloudera, Charles Sansbury, dalam acara tersebut menyampaikan tidak hanya pencapaian finansial tetapi juga visi strategis perusahaan.
“Tahun ini, kami mendekati pendapatan USD1,1 miliar," ujar Sansbury. “Secara kolektif, kami telah menghabiskan lebih dari 300 juta dolar untuk membuat produk menjadi lebih baik selama 12 bulan terakhir, baik melalui R&D internal maupun merger dan akuisisi,” tambahnya.
Investasi masif ini diklaim menjadi fondasi bagi langkah strategis Cloudera untuk menjawab tantangan terbesar perusahaan saat ini yaitu dilema antara kontrol keamanan dan kenyamanan adopsi AI.
Lahirnya "Private AI" di Tengah Dilema Pasar
Sansbury mengidentifikasi adanya pergeseran fundamental di pasar. Menurutnya, diskusi kini telah berubah. Jika dulu fokusnya adalah memindahkan semua beban kerja ke cloud, kini pertanyaannya berbeda."Saat ini, perkiraannya adalah 40% beban kerja akan tetap berada di perangkat keras yang Anda miliki, di dalam firewall yang Anda kontrol, dan kami menduga angka ini akan terus bertambah," jelasnya.
Fenomena ini, ditambah dengan fakta bahwa 77% organisasi kekurangan praktik keamanan data dan AI yang mendasar, mendorong lahirnya solusi yang disebut Cloudera sebagai "Private AI". Sansbury mendefinisikannya secara langsung di hadapan para peserta.
"Konsep Private AI muncul sebagai kemampuan untuk menggunakan semua data Anda, di manapun itu berada, tetapi melakukannya dengan aman, dan tanpa mengekspos insight atau interaksi rahasia yang ada, yang pada dasarnya memberi Anda yang terbaik dari kedua dunia: kontrol dan kenyamanan," kata Sansbury.
Untuk mewujudkan visi ini, Cloudera mengumumkan ketersediaan Cloudera Data Services untuk lingkungan on-premises, membawa Cloudera AI Inference Service dan Cloudera AI Studios ke dalam data center pelanggan.
Akuisisi Taikun dan Fokus pada ROI
Untuk mempercepat visi tersebut, Sansbury secara resmi mengumumkan akuisisi perusahaan bernama Taikun yang dilakukan hanya dua hari sebelum acara. Akuisisi penyedia kerangka kerja kontainerisasi ini, menurutnya, akan memberikan hasil nyata jauh lebih cepat dari yang diperkirakan.Langkah ini juga didasari oleh realita lain di lapangan, di mana tingkat keberhasilan proyek AI yang masih rendah.
“Tingkat keberhasilan (proyek AI) hanya sekitar 50%, yang berarti banyak uang dihabiskan untuk inisiatif yang tidak memberikan manfaat seperti yang diharapkan," tegas Sansbury. "Oleh karena itu, pelanggan sekarang tidak hanya berpikir tentang terburu-buru menerapkan via cloud, tetapi lebih kepada return on investment (ROI) dan analisis biaya-manfaat,” imbuhnya.
Pendekatan Cloudera yang berfokus pada fondasi data yang kuat diklaim telah divalidasi oleh studi "Total Economic Impact” dari Forrester Consulting, yang menunjukkan penghematan biaya sebesar 35% dan penerapan beban kerja 80% lebih cepat bagi para penggunanya.
Penerapan dan Visi ke Depan
Bank Negara Indonesia (BNI) disebut Charles menjadi salah satu bukti nyata dari penerapan visi ini sebagai salah satu pengadopsi pertama Cloudera AI Inferencing. Inisiatif ini memungkinkan BNI mengembangkan AI generatif secara aman sambil mematuhi regulasi ketat di Indonesia.Charles Sansbury juga memberikan pujian khusus bagi inovasi yang lahir dari Asia Pasifik, menyebutnya sebagai salah satu kawasan dengan pemikiran paling maju dalam penerapan AI.
Menutup visinya, Sansbury menggunakan sebuah analogi kuat untuk menjelaskan posisi Cloudera di tengah ‘demam’ AI saat ini.
“Kami ingin menjual sekop kepada para penambang yang sedang menambang emas AI,” ujarnya. Ia menegaskan bahwa apapun teknologi yang akan datang, semuanya akan dibangun di atas fondasi data yang kuat, tata kelola, dan keamanan. “Dan kami ingin menjadi mitra Anda,” tandas Charles.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id