“Salesforce memiliki posisi yang strategis untuk membantu mendorong visi ekonomi Indonesia menuju tahap berikutnya. Yakni, dengan membantu bisnis menjadi Agentic Enterprise, sebuah model kerja baru di mana AI meningkatkan kapasitas manusia, bukan menggantikannya,” ujar Presiden Direktur Salesforce Indonesia Andreas Diantoro.
Kehadiran Agentforce dalam Bahasa Indonesia, memungkinkan pelaku bisnis memanfaatkan agen AI dalam bahasa lokal untuk mempercepat produktivitas, meningkatkan pengalaman pelanggan, dan mengoptimalkan operasional.
Salesforce menawarkan dua layanan utama yaitu Agentforce Service dan Employee Agent, dan kini sepenuhnya tersedia dalam Bahasa Indonesia. Dukungan ini memungkinkan kolaborasi lebih natural antara manusia dan AI dalam berbagai alur kerja bisnis.
Peluncuran ini bertepatan dengan target ambisius pemerintah Indonesia untuk mencapai status negara berpendapatan tinggi sebelum tahun 2045. Untuk mencapainya, Indonesia perlu mendorong pertumbuhan ekonomi hingga 8% per tahun, dengan teknologi AI sebagai pendorong utama.
Dalam lima tahun ke depan, AI diperkirakan dapat menyumbang hingga USD366 miliar (Rp6.083,7 triliun) kepada PDB Indonesia. Salesforce menegaskan bahwa Agentforce 360 dirancang sebagai fondasi bagi perusahaan yang ingin menjadi Agentic Enterprise, model organisasi masa depan dengan manusia, agen AI, aplikasi, serta data terintegrasi erat untuk membuka skala pertumbuhan baru.
Dengan pendekatan ini, Salesforce menyebut bisnis dapat mempercepat inovasi sekaligus meningkatkan efisiensi tanpa meniadakan peran manusia. Salesforce menjelaskan bahwa Agentforce Service hadir sebagai platform layanan pelanggan generasi baru yang tidak pernah tidur.
Lebih lanjut, Salesforce menjelaskan bahwa Agen AI mampu menangani permintaan pelanggan 24 jam penuh, memberikan respons cepat, serta menawarkan dukungan proaktif berdasarkan data real-time. Dengan demikian, perusahaan dapat menurunkan biaya operasional sekaligus meningkatkan kepuasan pelanggan.
Sementara itu, Employee Agent bertindak sebagai asisten digital personal bagi karyawan. Lebih dari sekadar chatbot, agen AI ini dapat mengambil tindakan otomatis, dari mengatur rapat, memperbarui pipeline penjualan, mendukung proses onboarding, hingga menyusun ringkasan pelanggan sebelum pertemuan.
Employee Agent juga dapat diakses langsung melalui Slack maupun perangkat seluler, membantunya berfungsi layaknya rekan kerja digital. Sementara itu, Salesforce mengidentifikasi lima peluang utama yang dapat dimanfaatkan organisasi di Indonesia pada tahun 2026, semuanya menunjukkan potensi transformasi besar melalui agen AI.
Seperti loncatan Indonesia dari era desktop ke perangkat mobile, bisnis nasional kini berkesempatan untuk langsung mengadopsi arsitektur Agentic Enterprise tanpa terbebani sistem lama. Dengan tingkat penerimaan AI generatif mencapai 82% di kalangan eksekutif, Salesforce menilai peluang akselerasi digital semakin besar.
Salesforce turut menyebut bahwa Agen AI dapat menghadirkan tenaga kerja digital yang terjangkau, mudah digunakan, dan berskala besar bagi UKM, sebagai tulang punggung ekonomi Indonesia, yang kerap menghadapi kendala soal biaya, SDM, dan efisiensi layanan.
Dengan ini, Salesforce meyakini bahwa UKM dapat bersaing dengan perusahaan besar sekaligus meningkatkan kualitas layanan pelanggan. Sementara itu, dengan infrastruktur digital yang semakin merata, didukung 5G, Palapa Ring, dan satelit orbit rendah, bisnis di kota kecil kini memiliki peluang tumbuh lebih cepat.
Agen AI, lanjut Salesforce, memungkinkan bisnis daerah bersaing dengan perusahaan kota besar tanpa investasi infrastruktur mahal. Hal ini dapat memicu perluasan inklusi ekonomi, pemerataan layanan, dan ketersediaan pekerjaan digital di seluruh Nusantara.
Tidak hanya itu, Agen AI juga disebut Salesforce akan menjadi kontak pertama pelanggan. Sehingga, dengan kebutuhan layanan semakin personal, dengan 91% penyedia jasa mengatakan konsumen menginginkan interaksi lebih pribadi, agen AI dapat menghadirkan layanan hiper-personalisasi peka budaya.
Dengan demikian, bisnis yang mengadopsi pendekatan agentic-first diperkirakan mengalami peningkatan pendapatan upsell hingga 25% dan kenaikan kepuasan pelanggan sekitar 30%. Agen AI juga disebut Salesforce dapat merampingkan proses finansial, mempermudah pembukaan rekening, pengajuan pinjaman, hingga evaluasi kredit bagi masyarakat yang belum memiliki akses perbankan.
Dengan analisis data seperti histori transaksi QRIS, mencapai Rp317 triliun pada Q2 2025, AI dapat membantu menilai kelayakan kredit lebih akurat. Hal ini mendukung inklusi keuangan, terutama bagi UMKM dan penduduk daerah terpencil.
Dengan peluncuran Agentforce dalam Bahasa Indonesia, Salesforce membuka babak baru bagi dunia bisnis nasional. Teknologi AI Agentik tidak hanya mempercepat proses kerja, tetapi juga menjadi katalis pertumbuhan ekonomi, inovasi, dan inklusi digital di seluruh Indonesia.
Langkah ini menandai awal era baru saat manusia dan agen AI bekerja berdampingan untuk menciptakan organisasi yang lebih adaptif, efisien, dan berdaya saing global.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News