AIDEA WEEKS 2025, Week 3 sesi pertama, bertema Embracing AI in Business and Industry. (Foto: Medcom.id/Sheva Asyraful)
AIDEA WEEKS 2025, Week 3 sesi pertama, bertema Embracing AI in Business and Industry. (Foto: Medcom.id/Sheva Asyraful)

AI Ubah Cara Brand Beriklan: Kreativitas Manusia Tetap Jadi Fondasi

Muhammad Syahrul Ramadhan • 22 November 2025 11:09
Jakarta: Perkembangan pesat Artificial Intelligence (AI) telah mengubah lanskap industri kreatif, khususnya dalam kampanye periklanan. Namun, para profesional kreatif menekankan bahwa AI hanyalah alat utama dalam proses kreasi. Kreativitas dan sentuhan manusia tetap menjadi penentu utama keberhasilan dan kedalaman sebuah konten.
 
​Hal ini menjadi sorotan ketika Edo Karensa, Manager di Interactive Solutions, memoderatori diskusi "AI for Better Advertising Campaign" dalam acara AIDEA WEEKS 2025, Week 3 sesi pertama, bertema Embracing AI in Business and Industry. Hadir sebagai pembicara, Michael Fabian K. (Lead Creative, ALVA Maleo) dan Rifqi Wirawan (Creative Director, Magis Creative Agency).

AI Mempermudah, Bukan Menggantikan Ideasi Dasar


​Michael, yang agensinya berfokus pada pengalaman berbasis AI, mengakui bahwa AI sangat membantu mempermudah pekerjaan manusia. Ia membandingkan AI dengan munculnya Photoshop di masa lalu, yang awalnya dianggap sulit namun kini menjadi hal biasa.
 
​Di ALVA Maleo, AI digunakan untuk efisiensi produksi konten. "Satu video itu bisa langsung kita translate menjadi seribu video-video kecil yang emang dikhususkan," jelas Michael. 

Selain itu, AI juga berfungsi sebagai alat riset mendalam (stalking), membantu agensi memahami klien, kompetitor, dan tren untuk mendapatkan arahan strategi yang lebih akurat.
 
​Namun, Michael menegaskan bahwa AI hanyalah tools. Ia menyebutkan, AI belum bisa berpikir sendiri dan masih membutuhkan tulisan dan ide dari manusia sebagai dasar input.
 
​"Yang menentukan kreatif itu akan extinct atau enggak, itu adalah kreatif-kreatif yang malas berpikir," tegas Michael. 
 
Ia mencontohkan, hasil dari AI yang langsung diminta membuat skrip tanpa ide dasar dari manusia akan menjadi super generik dan terasa 'dingin'.

Human Touch: Kunci Konten Berdampak


​Senada dengan Michael, Rifqi Wirawan dari Magis Creative Agency, yang telah 13 tahun berkecimpung di industri ini, membagikan kunci bagaimana memastikan human approach tetap ada di setiap produk kreatif.
 
​"Kunci-nya itu ya, gimana bisa dapetin kedalaman konten, human touch-nya. Simplonya, kita jangan taruh AI di depan. Jangan jadi dia driver kita," ujar Rifqi.
 
​Rifqi menyarankan untuk meletakkan AI di belakang atau di samping, menjadikannya sebagai alat yang membantu mengantarkan ke tujuan lebih cepat berdasarkan data dan otomatisasi.
 
Baca juga: Musisi Ungkap Peran dan Batasan AI dalam Industri Musik, Rasa Jadi Acuan Utama
 

Mengasah Skill Set dan Menghindari Risiko Monoton


​Baik Michael maupun Rifqi, yang melalui era manual, digital, hingga era AI, sepakat bahwa skillset yang paling harus dimiliki adalah growth mindset dan kepekaan terhadap tren.
 
​Michael menekankan perlunya mempertahankan fundamental basic thinking dan mencari ide sebelum langsung masuk ke tahap eksekusi. Sementara Rifqi menambahkan bahwa manusia harus ikut berkembang seiring perkembangan tren AI, dan cara meng-handle tools harus jauh lebih pintar daripada tools itu sendiri.
 
​AI memang membantu di hampir semua proses, dari awal brief klien (AI assist untuk mencatat), analisis data, ideasi (brainstorming dengan ChatGPT), hingga eksekusi visual. Rifqi bahkan menggunakan AI untuk "deck roasting" atau mengkritisi proposal presentasi, guna menemukan blind spot atau mengantisipasi pertanyaan kritis dari klien.

Masa Depan Kreatif: Otomasi dan Dasar Pemikiran


​Di masa depan, AI akan terus mendorong kebutuhan akan kecepatan, automasi 24 jam pada layanan konsumen dan e-commerce, dan kemampuan brand untuk tapping dan berinteraksi secara lebih personal.
 
​Namun, bagi calon pekerja kreatif, Michael memberikan pesan tegas, kreatif yang dicari adalah kreatif yang tidak malas.
 
​"Mau seperti apapun, kita as long kita kreatif tinggi, kita punya nalar yang bagus,  balik lagi ke kalimatku, either kamu kreatif yang malas atau kreatif yang tidak malas," tutup Michael.
 
(Sheva Asyraful Fali)
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(RUL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan