"Saat kita telah melewati era menumbuhkan perusahaan apapun bayarannya, budaya kita perlu berubah. Daripada meninggalkan semua kebiasaan lama, saya fokus untuk mempertahankan budaya yang baik dan mengganti apa yang tidak bisa digunakan," kata Khosrowshahi dalam sebuah post di LinkedIn.
Salah satu budaya yang akan ditinggalkan adalah budaya untuk bebas mengemukakan pendapat, tidak peduli jabatannya. Secara teori, budaya itu dipopulerkan dengan harapan para pegawai bisa bebas mengemukakan pendapatnya.
Namun, seperti yang disebutkan oleh Mashable, ketika dipraktekkan, budaya itu juga memiliki kelemahan. Menurut Khosrowshahi, budaya itu justru dimanfaatkan para pegawai Uber untuk bertingkah kurang ajar.
Khosrowshahi baru menjabat sebagai CEO di Uber selama beberapa bulan. Selama itu, Uber sibuk menghadapi berbagai skandal terkait budaya perusahaan. Lebih dari setengah eksekutifnya meninggalkan perusahaan setelah para wartawan menemukan tindakan tidak pantas yang mereka lakukan, yang menciptakan budaya seksime di dalam perusahaan.
Tidak aneh jika budaya Uber kurang sehat, mengingat salah satu alasan mengapa mereka bisa berkembang begitu cepat adalah karena mereka bersedia untuk melanggar berbagai peraturan. Mereka telah melakukan berbagai hal ilegal, seperti memanipulasi platform kompetitor untuk menarik pengendara dan membuat aplikasi untuk bisa beroperasi di kawasan yang melarangnya. Kini, tugas Khosrowshahi adalah menyelesaikan masalah internal Uber.
Beberapa budaya yang Khosrowshahi coba tanamkan meliputi: berkembang secara global, menyesuaikan diri dengan budaya lokal, fokus pada pelanggan, merayakan perbedaan, melakukan hal yang benar, pantang menyerah, menghargai ide di atas hierarki, dan membuat taruhan besar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id