Ilustrasi.
Ilustrasi.

Peringkat Smart City Indonesia Disalip Vietnam dan Malaysia

Cahyandaru Kuncorojati • 09 April 2025 12:17
Jakarta: Impian Indonesia untuk memiliki lebih banyak kota pintar atau smart city tampaknya agak sedikit terlupakan. Baru ini hasil riset dari International Institute for Management Development (IMD) menyebutkan bahwa smart city Indonesia tertinggal dari Vietnam dan Malaysia.
 
Peringkat smart city Jakarta di Indonesia tercatat stagnan berdasarkan hasil riset Smart City Index 2025 yang diterbitkan oleh IMD World Competitiveness Center (WCC). Peringkat Jakarta bahkan tersalip oleh Ho Chi Minh asal Vietnam, yang tahun lalu berada di bawah peringkat Jakarta.
 
Tahun ini, peringkat Jakarta tercatat tetap berada di peringkat 103 seperti tahun lalu. Selain Jakarta, terdapat Medan dan Makassar yang juga masuk dalam daftar. Namun, peringkat kedua kota ini pun tidak mengalami perubahan signifikan. 

Peringkat Medan turun satu peringkat dari 112 ke posisi 113 tahun ini. Sementara Makassar, naik satu peringkat dari 115 pada 2024 ke posisi 114 di 2025.
 
Tiga kota di Indonesia ini kalah dari sejumlah kota dari negara-negara Asia Tenggara lain seperti Singapura, Kuala Lumpur (Malaysia), Bangkok (Thailand), Hanoi (Vietnam) hingga Ho Chi Minh (Vietnam). 
 
Pada kawasan Asia Tenggara, peringkat kota-kota di Indonesia hanya unggul dari Manila (Filipina). Dalam lima tahun terakhir, peringkat smart city Jakarta, Medan, dan Makassar bahkan terus anjlok, hingga kini berada pada posisi di bawah 100 kota dunia.
 
IMD Smart City Indeks merupakan penelitian tahunan yang mengukur tingkat persepsi masyarakat mengenai seberapa cerdas dan maju kota mereka. 
 
Penelitian ini mendefinisikan kota pintar sebagai kota yang mampu menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi, teknologi, kelestarian lingkungan, dan inklusi sosial untuk meningkatkan kualitas hidup warganya. 
 
Pengukuran hasil riset dilakukan dengan mengumpulkan data dari 39 survei yang diklaim mewakili opini dari berbagai lapisan masyarakat.
 
Menurut hasil survei, masalah kemacetan dan korupsi adalah dua masalah utama yang menjadi perhatian warga Jakarta, Medan dan Makassar. Bagi warga Jakarta, tiga masalah penting yang perlu segera diselesaikan adalah polusi udara, kemacetan lalu lintas, dan masalah korupsi atau transparansi. 
 
Bagi warga Medan ditemukan tiga masalah besar mereka adalah soal keamanan, korupsi, dan kemacetan. Sementara warga Makassar mempermasalahkan soal tingkat pengangguran yang tinggi, korupsi, dan kemacetan.
 
Selain itu, penelitian ini juga menyoroti soal harga hunian yang makin tidak terjangkau di berbagai kota-kota besar dunia yang masuk dalam IMD Smart City Indeks 2025. Mahalnya harga hunian di kota-kota besar sudah menjadi isu global. 
 
Keterbatasan ketersediaan perumahan yang terjangkau tidak lagi jadi masalah rumah tangga dengan pendapatan rendah, tapi kini sudah berdampak pada kelas menengah.
 
Untuk mengukur hal ini, IMD secara spesifik menanyakan apakah warga mengalami
kesulitan untuk menemukan hunian dengan biaya sewa yang sama atau kurang dari
30% dari rata-rata gaji bulanan mereka. 
 
Di Indonesia, kurang dari 20 persen warga yang menyatakan kalau biaya hunian mereka di Jakarta berkisar 30% gaji bulanan. Selain itu, hanya 10 persen warga Medan yang menemukan harga hunian yang berkisar 30% gaji bulanan.
 
“Di berbagai belahan dunia, kota-kota besar memang menjadi mesin pertumbuhan ekonomi dan menarik urbanisasi. Namun, keberhasilan ini sering diiringi pula dengan kenaikan biaya hidup yang signifikan,” kata Arturo Bris, Direktur WCC. 
 
“Sehingga, kami melihat adanya jurang kesenjangan antara pertumbuhan gaji penduduk perkotaan dengan harga hunian sewa dan beli yang terus naik signifikan,” tandasnya.
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MMI)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan