"Kita sudah mulai pantau serangan ini dari hari Rabu. Kita pantau secara live," ujar Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara, dalam konferensi pers yang digelar hari ini, Jumat (30/6/17), di Bakoel Koffie Cikini.
Rudiantara juga menyebut hingga saat ini, belum terdapat laporan dari masyarakat Indonesia terkait infeksi ransomware Petya ini. Sejauh ini, ransomware Petya baru terdapat di laboratorium Indonesia Security Incident Repond Team Internet Infrastructure (ID-SIRTII).
Kehadirannya di laboratorium tersebut dijelaskan Rudiantara untuk mempelajari karakteristik Petya. Selain itu, Rudiantara juga menyebut saat ini pemerintah tidak terfokus mencari asal pelaku serangan dan kreator ransomware tersebut.
Saat ini, pemerintah lebih mengutamakan untuk mencari cara terbaik untuk mencegah serangan Petya terjadi di Indonesia. Pemerintah mengaku telah mengedarkan informasi terkait bahaya Petya sejumlah sektor industri di Indonesia pada tanggal 28 Juni lalu.
Namun, terdapat tiga sektor yang prioritas sosialisasi tersebut, yaitu perhubungan, perbankan dan energi. Prioritas pada ketiga sektor tersebut karena ketiganya merupakan sektor infrastruktur penting di Indonesia.
Saat ini, serangan Petya terpantau paling banyak terjadi di Eropa timur dan Asia Selatan. Sementara itu sebelumnya, Microsoft menyebut serangan Petya berawal di software akuntansi perusahaan di Ukraina. Petya juga dilaporkan sebagai hasil modifikasi ransomware yang beredar pada 2016 lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News