Kehadiran Satria-1 ditegaskan BAKTI belum bisa menuntaskan persoalan konektivitas di Indonesia.
Kehadiran Satria-1 ditegaskan BAKTI belum bisa menuntaskan persoalan konektivitas di Indonesia.

BAKTI: Persoalan Konektivitas Masih Jadi PR untuk Indonesia

Lufthi Anggraeni • 25 November 2023 11:16
Jakarta: BAKTI mengungkap operasionalisasi Satelit Republik Indonesia (Satria-1) belum bisa menuntaskan persoalan konektivitas di Indonesia, kendati sudah mencapai slot orbit 146 derajat Bujur Timur yang akan beroperasi pada tanggal 29 Desember 2023 mendatang.
 
“Alhamdulillah, kita sudah meluncurkan Satria-1. Tapi Satria-1 bukan solusi atas semuanya, jangan mengira ada satelit kemudian selesai persoalan konektivitas Indonesia, tidak,” uja Direktur Utama BAKTI Fadhilah Mathar.
 
Fadhilah menyebut kondisi geografis Indonesia yang merupakan negara kepulauan menjadi tantangan tersendiri dalam penggelaran infrastruktur telekomunikasi, khususnya di daerah terdepan, tertinggal dan Terluar (3T).

Permasalahan ini yang menimbulkan kesenjangan digital antar wilayah di Indonesia. Fadhillah juga menjelaskan bahwa Satria-1 berjenis Very High Throughput Satellite (VHTS) dan merupakan yang terbesar di Asia berkat kapasitasnya yang mencapai 150Gbps.
 
Satelit internet pemerintah ini akan terhubung di 37 ribu titik lokasi layanan publik di seluruh Indonesia. Namun, Fadhillah menyampaikan bahwa Indonesia masih membutuhkan kapasitas internet sangat besar.
 
Fadhillah menjelaskan bahwa kecepatan koneksi per titik Satria-1 hanya secepat 3 Mbps, dan diperuntukan untuk aplikasi penting atau mandatory milik sejumlah instansi pemerintahan, seperti Kementerian Kesehatan, Kementerian Pendidikan, Pos TNI, Polri, dan lainnya.
 
BAKTI juga memiliki program lain untuk mengatasi kesenjangan digital selain memanfaatkan Satria-1. Program lain terkait dengan penyediaan akses internet 3T tersebut termasuk via Palapa Ring, BTS 4G hingga Akses Internet (AI).
 
Penggelaran infrastruktur telekomunikasi via satelit dinilai BAKTI lebih efisien dan cepat, dan difokuskan saat teresterial tidak tersedia dengan cukup baik, mengingat kerumitan penggelaran via kabel fiber yang disebut membutuhkan waktu lama dan biaya besar untuk mencakup wilayah Indonesia yang berkepulauan.
 
Karenanya, BAKTI menyebut akan mulai merancang Satria-2 dengan kapasitas lebih besar dibandingkan dengan Satria-1 sebesar 300Gbps. Satria-2 disebut akan melayani wilayah yang sama dengan Satria-1, namun pada lokasi atau situs baru, yang tidak memiliki konektivitas teresterial, serta microwave maupun fiber optik belum mencukupi.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MMI)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan