Selama bertahun-tahun, standar emas dalam bisnis perangkat lunak bagi perusahaan adalah model berlangganan "per kursi" (per-seat), dengan perusahaan membayar biaya lisensi berdasarkan jumlah karyawan yang menggunakan aplikasi tersebut. Namun, kemunculan Generative AI (Gen AI) dan Agentic AI kini memaksa model bisnis yang mapan ini untuk berubah total.
Laporan terbaru dari McKinsey & Company menyoroti bahwa dominasi harga berbasis pengguna (seat-based pricing) sedang menghadapi ancaman eksistensial. Alasannya mendasar: agen AI kini mulai mengambil alih tugas-tugas yang secara tradisional dilakukan oleh manusia.
Ketika perangkat lunak menjadi semakin cerdas dan mampu menjalankan alur kerja secara otonom, jumlah pengguna manusia aktif yang perlu masuk dan berinteraksi dengan sistem akan menurun.
Dalam skenario ini, mempertahankan monetisasi berdasarkan jumlah pengguna manusia menjadi tantangan besar bagi perusahaan petahana. Jika sebuah perusahaan dapat menyelesaikan pekerjaan yang sama—atau lebih banyak—dengan jumlah staf yang lebih sedikit berkat bantuan agen AI, pendapatan vendor perangkat lunak yang mengandalkan hitungan "kepala" akan tergerus.
Sebagai respons terhadap pergeseran ini, industri perangkat lunak kini bergerak cepat menuju model penetapan harga berbasis konsumsi (consumption pricing). Alih-alih membayar biaya tetap per bulan per karyawan, pelanggan di masa depan akan semakin sering membayar berdasarkan penggunaan token, output yang dihasilkan, atau hasil bisnis (outcome) yang dicapai.
Tren ini sudah mulai terlihat. Antara tahun 2015 hingga 2024, jumlah perusahaan perangkat lunak yang mengadopsi model berbasis konsumsi telah meningkat lebih dari dua kali lipat. Pemimpin pasar seperti Salesforce, Zendesk, dan Intercom telah mulai memonetisasi kemampuan AI mereka melalui model ini, yang sering kali justru menghasilkan pendapatan per pelanggan yang jauh lebih tinggi dibandingkan model tradisional.
Perubahan model harga ini juga merupakan kebutuhan finansial bagi vendor perangkat lunak. Pengoperasian AI memperkenalkan biaya variabel baru yang signifikan, terutama terkait komputasi dan infrastruktur untuk proses inferensi.
Vendor perangkat lunak independen (ISV) perlu mengadopsi metrik harga yang dapat disesuaikan untuk melindungi margin keuntungan mereka seiring dengan meningkatnya penggunaan oleh pelanggan.
Dengan model baru ini, pendapatan diselaraskan dengan nilai yang diberikan. Sebanyak 63% pemimpin perangkat lunak yang disurvei percaya bahwa AI akan secara fundamental mengubah model bisnis mereka dalam tiga hingga lima tahun ke depan.
Pergeseran ini juga mendorong lahirnya model pengiriman baru yang disebut service-as-software, di mana perusahaan tidak lagi sekadar menjual alat, melainkan menjual solusi gabungan platform dan agen AI untuk memecahkan masalah dari ujung ke ujung.
Bagi industri perangkat lunak, menjadi "AI-centric" dan mengubah model monetisasi bukan lagi pilihan opsional, melainkan langkah esensial untuk bertahan di era di mana mesin—bukan hanya manusia—menjadi pengguna utama aplikasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News