Edi Suwanto Edukator Tunanetra pada Microsoft Elevate
Edi Suwanto Edukator Tunanetra pada Microsoft Elevate

Kisah Edi Suwanto Membuka Akses Digital bagi Penyandang Disabilitas

Mohamad Mamduh • 17 Desember 2025 16:05
Jakarta: Di tengah pesatnya transformasi digital, kesenjangan akses teknologi masih menjadi tantangan besar bagi komunitas penyandang disabilitas di Indonesia.
 
Kecerdasan Buatan (AI) muncul sebagai harapan baru, berperan sebagai alat kesetaraan yang menghapus batasan dan mendorong kemandirian. Kisah Edi Suwanto, seorang edukator tunanetra dan fasilitator program Microsoft Elevate, menjadi cerminan nyata dari peran inklusif teknologi ini.
 
Edi Suwanto kehilangan penglihatannya akibat insiden di laboratorium kimia, namun dari titik balik itu, ia menemukan jalan baru melalui teknologi aksesibel seperti screen reader dan laptop berbasis audio.

Pengalaman ini mendorongnya mendirikan difabelajar.id, sebuah platform pembelajaran digital khusus untuk penyandang tunanetra. Melalui platform ini dan program Microsoft Elevate, Edi membantu mereka menguasai keterampilan digital, mulai dari penggunaan Microsoft 365 hingga dasar-dasar coding.
 
“Teknologi itu yang menyamakan posisi kami. Sekarang, dengan AI, teman-teman tunanetra bisa membuat konten, belajar keterampilan baru, bahkan mengekspresikan diri tanpa batas. Teknologi membuat kami lebih mandiri,” ujar Edi.
 
Dalam konteks kerja, riset dari EY dan Microsoft menunjukkan bahwa Microsoft 365 Copilot—asisten berbasis AI yang terintegrasi dengan Word, PowerPoint, Outlook, dan Teams—secara signifikan membantu karyawan disabilitas dan neurodivergen menjalankan tugas dengan lebih percaya diri. Responden menilai Copilot bermanfaat untuk komunikasi, mengurangi beban kognitif, dan membuka akses pembelajaran yang lebih personal.
 
AI berperan kunci dalam berbagai aspek praktis bagi para peserta didiknya, seperti:
 
Penyusunan Strategi Pemasaran Digital: Dengan Copilot, rencana konten satu bulan penuh dapat disusun dalam 1–2 jam, jauh lebih cepat daripada proses manual yang bisa memakan waktu hingga seminggu.
 
Pembelajaran Personal dan Mudah Diakses: AI dapat menyederhanakan materi yang sulit, menjelaskan konsep melalui audio, dan memberikan contoh praktis, sehingga proses belajar lebih fleksibel dan tidak bergantung pada orang lain.
 
Pengembangan Coding Kreatif: Bantuan AI memungkinkan peserta membuat halaman web lebih canggih, termasuk menggunakan pilihan CSS dan tata letak yang tetap ramah aksesibilitas untuk tunanetra.
 
Arief Suseno, AI Skills Director, Microsoft Indonesia, menegaskan bahwa AI bukan hanya tentang teknologi canggih, tetapi tentang membuka pintu kesempatan bagi setiap orang, menghapus batasan, dan menciptakan ruang inklusif.
 
Berkat program ini, banyak peserta merasakan perubahan nyata: mahasiswa tunanetra kini mampu mengerjakan skripsi secara mandiri, pelaku UMKM meningkatkan omzetnya, dan dosen lebih mudah mengelola materi kuliah.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MMI)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan