Serangan tersebut ditujukan untuk membangkitkan kembali ransomware yang terpasang pada situs NHS dan perusahaan lain di seluruh dunia. Situs tersebut bertindak sebagai indikator bagi malware, jika individu yang dapat dikontak memerintahkannya WannaCry untuk berhenti.
Dalam pendaftaran nama domain, ahli keamanan berusia 22 tahun asal Inggris yang belajar secara mandiri bernama Marcus Hutchins tersebut berhasil menghentikan penyebaran WannaCry dengan mengaktifkan kill switch ini.
Kini peretas WannaCry tersebut dilaporkan mencoba untuk menjadikan domain Hutchins tidak dapat diakses dengan memanfaatkan serangan Distributed Denial of Service (DDoS). Peretas mencoba melimpahi situs dengan trafik tinggi sebagai upaya mengontak domain yang belum dijawab WannaCry dan menonaktifkan kill switch.
Hutchins telah mempersiapkan perlindungan untuk melindungi domain dari serangan DDoS, yang memanfaatkan Mirai botnet, beralih ke situs versi cache yang diklaim lebih mampu menangani muatan trafik lebih tinggi jika dibandingkan dengan situs langsung.
Sejauh ini, Hutchins menyebut kill switch masih beroperasi, dan membantu sistem komputer yang belum mendapatkan update atau terlindung dari serangan WannaCry. Seminggu setelah serangan WannaCry merebak, analitik mengungkap Windows XP menjadi pusat perhatian akibat digunakan oleh NHS dan institusi lain.
Namun, analitik justru mengungkap bahwa Windows 7 yang mengalami dampak terburuk dari serangan ransomware ini. Menurut data dari Kaspersky, Windows 7 terinfeksi sebesar lebih dari 98 persen, sementara besaran dampak pada Windows XP tidak terlalu signifikan secara global.
Besarnya dampak serangan WannaCry pada Windows 7 dinilai tidak mengejutkan, mengingat sistem operasi tersebut merupakan versi paling populer. Menurut Statcounter, Windows 7 digunakan oleh sebanyak 46,23 persen dari seluruh perangkat bersistem operasi Windows secara global.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News