Ilustrasi
Ilustrasi

Kominfo Ajak Masyarakat Gunakan Digital untuk Jaga Multikulturalisme

Medcom • 23 Agustus 2022 18:00
Banjarmasin: Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mengajak masyarakat menggunakan digital untuk menjaga multikulturalisme.
 
Masyarakat juga diminta menggunakan mesin pencari untuk mengelola informasi, menjaga etika berinternet, serta meningkatkan keahlian dalam mendokumentasikan budaya lokal sebagai upaya pelestarian kekayaan budaya Indonesia.
 
Hal itu terungkap dalam webinar bertema ‘Merawat Kebhinekaan dalam Bingkai Kebangsaan Melalui Literasi Digital’ yang digelar Kominfo bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi di Banjarmasin, Selasa, 23 Agustus 2022.

Dosen Antropologi Budaya UIN Salatiga Rifqi Fairuz mengatakan, internet bisa menjadi bencana jika teknologi itu tampil sebagai pengendali dan memperalat warganet tanpa adanya kesadaran rasa multikulturalisme dan etika.
 
Menurutnya, dengan menjunjung etika berinternet, warganet diharapkan dapat berinteraksi secara baik, berpartisipasi, serta berkolaborasi dengan banyak pihak yang memiliki budaya berbeda.
 
Selain itu, warganet perlu berbagi cerita dengan membuat konten tulisan maupun foto dan video yang berisi kerukunan dan keberagaman guna memperlihatkan kekayaan budaya Indonesia.
 
"Oleh karena itu, ketika menggunakan internet sangat penting menjaga kesadaran bersama bahwa Indonesia itu Negara multikultural. Indonesia datang dari beragam suku, agama, serta bermacam-macam orangnya,” kata Rifqi.
 
Dosen Departemen Sosiologi FISIPOL UGM Mustaghfiroh Rahayu menyebut meningkatnya penggunaan internet membawa tantangan baru dalam kehidupan berbudaya Indonesia.
Dia menyebut media digital justru menjadi panggung budaya asing ketimbang kultur dan adat istiadat masyarakat lokal.
 
Budaya Indonesia, kata Rahayu, merupakan nilai-nilai dari hasil budi daya lokal suatu daerah yang terbentuk secara alami dan berproses secara panjang, bentuknya berupa seni, tradisi, pola pikir, serta hukum adat.
 
Persoalannya, budaya lokal harus berjuang keras untuk bisa tampil di negeri sendiri karena kebanyakan generasi muda kurang mengetahuinya.
 
Perlu upaya untuk kembali mempopulerkannya, salah satunya dengan melakukan digitalisasi budaya agar generasi milenial dapat tertarik, tersadar, serta membantu untuk melestarikannya.
 
“Digitalisasi budaya merupakan salah satu sarana untuk mengenalkan budaya Indonesia di kancah nasional maupun internasional. Budaya digital kita itu adalah menjadikan nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai landasan kecakapan digital,” tuturnya.
 
Dosen Senior Departemen Manajemen dan Kebijakan Publik FISIPOL Universitas Gadjah Mada (UGM), Bevaola Kusumasari mengatakan, kecakapan digital seseorang dapat ditandai oleh kemampuannya dalam penggunaan mesin pencarian.
 
Misalnya, dapat memilih kata kunci secara efektif melalui tanda bacaan tertentu, serta memahami fitur yang tersedia untuk membatasi jenis informasi.
 
Ia menjelaskan, berbagai macam mesin pencari yang tersedia di internet seperti Google, Bing, ataupun Yahoo, masing-masingnya memiliki keunggulan dan fitur khusus.
 
Contohnya, Google punya keunggulan menampilkan informasi dari banyak sumber dan tersedia dalam berbagai jenis bahasa, sedangkan Bing menyediakan informasi dalam berbagai jenis multimedia serta memiliki fasilitas instant answer.
 
“Kecakapan kita dalam penggunaan mesin pencarian di internet ditandai dengan kemampuan mengetahui, memahami, dan cara mengakses macam-macam mesin pencarian, yang semuanya tercakup dalam kerangka besar literasi digital. Karena dengan literasi digital, kita akan memiliki kontrol atas semua hal yang didapatkan dari kehidupan digital,” ujarnya.
 
Hadirnya program Gerakan Nasional Literasi Digital oleh Kemenkominfo diharapkan dapat mendorong masyarakat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FZN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan