Peramban juga bisa menjadi asisten cerdas untuk membantu pengguna dalam menjalankan tugas secara otomatis. Sebagai informasi, Comet adalah peramban berbasis Chromium open-source, dilengkapi integrasi AI aktif yaitu Comet Assistant sebagai fitur inti.
Alih-alih browser pasif yang menunggu perintah pengguna, Comet dapat menilai konten di layar, memahami konteks, dan kemudian merespons berdasarkan permintaan tanpa pengguna harus melakukan copy paste atau berpindah aplikasi.
Menurut CEO Perplexity Aravind Srinivas, Comet tidak hanya sekadar peramban, melainkan asisten pribadi sejati yang dapat memahami dan mengambil tindakan atas nama pengguna. Sebelumnya, Comet hanya tersedia untuk pelanggan Perplexity Max dengan harga tinggi, sebesar USD200 (Rp3,3 juta) per bulan.
Namun, sejak awal bulan Oktober 2025 lalu, Perplexity membuka akses Comet secara gratis untuk semua pengguna di 145 negara sebagai langkah mempercepat adopsi massa. Versi desktop Comet telah tersedia untuk Windows dan macOS, dan pengguna bisa dengan mudah memindahkan bookmark, ekstensi, dan kredensial dari browser lama berkat dukungan arsitektur Chromium.
Sementara itu, Perplexity masih mengembangkan dan belum merilis peramban Comer versi mobile untuk Android atau iOS. Sebagai informasi, berbekal sejumlah fitur utama, salah satunya Sidebar AI Assistant, dengan Comet Assistant berada di sidebar dan aktif membaca konten di layar perangkat pengguna.
Pengguna bisa langsung meminta ringkasan artikel panjang, interpretasi grafik, atau penjelasan istilah sulit tanpa harus meninggalkan halaman. Selain itu, Comet juga berbekal fitur Agentic Capabilities, berkemampuan mengambil tindakan di web atas nama pengguna, seperti mengisi formulir, mengklik tombol, atau mencari produk di ecommerce dan melanjutkan ke halaman checkout.
Integrasi dengan Google Workspace seperti Gmail, Calendar, dan sebagainya, memungkinkan AI mengatur jadwal, menyusun draft email, dan sinkronisasi produktivitas pengguna. Sementara itu, fitur Workspaces atau Spaces membantu mengelola tab dan proyek riset, mengelompokkan tab terkait ke ruang kerja tertentu agar lebih rapi.
Kemudian, pengguna dapat mengekspor hasil riset secara langsung ke Google Docs. Comet juga mengunggulkan fitur Background Assistant untuk Pengguna Premium untuk pelanggan Max. fitur ini berkemampuan menjalankan tugas secara otomatis di latar belakang, meski pengguna tidak aktif membuka browser.
Comet memiliki model pendapatan baru untuk mendukung penerbit konten. Melalui langganan Comet Plus seharga USD5 (Rp83.000), pengguna bisa mengakses konten premium dari media seperti Washington Post, CNN, dan sebagainya.
Perplexity menyatakan mereka menggunakan tiga jenis lalu lintas yaitu kunjungan manusia, kutipan AI, dan tindakan agent, untuk menghitung kompensasi penerbit. Kendati menjanjikan, Comet belum sempurna.
Terdapat laporan bahwa AI bisa gagap saat menghadapi tugas rumit, seperti memilih hotel dengan kriteria spesifik atau menyelesaikan checkout otomatis. Selain itu, konsistensi performa AI masih menjadi tantangan besar, terutama ketika situs web berubah struktur atau memerlukan autentikasi.
Tidak hanya itu, integrasi penuh ke aplikasi web tertentu mungkin memerlukan adaptasi atau izin dari sisi layanan pihak ketiga. Comet menunjukkan visi bahwa masa depan browser mungkin bukan lagi sekadar jendela ke internet, tetapi platform kerja dan interaksi aktif.
Dengan AI agentik yang makin cakap, pengguna bisa fokus ke ide dan keputusan, sedangkan proses teknis rutin bisa dipercayakan ke asisten otomatis. Jika teknologi ini terus disempurnakan dan jangkauannya meluas, termasuk versi mobile dan dukungan bahasa loka), Comet bisa menjadi standar baru dalam cara masyarakat berinteraksi dengan web.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id