Ilustrasi
Ilustrasi

Adopsi AI Meluas di Asia Tenggara, Indonesia Paling Progresif

Mohamad Mamduh • 10 November 2025 09:10
Jakarta: Adopsi kecerdasan buatan (AI) di kalangan pengembang perangkat lunak di Asia Tenggara dan India telah mencapai tingkat yang sangat tinggi, dengan 95% pengembang di wilayah tersebut kini menggunakan teknologi ini setiap minggu. Hal ini terungkap dalam Agoda AI Developer Report 2025 yang dirilis oleh platform perjalanan digital Agoda pada 6 November 2025.
 
Studi ini, yang mengumpulkan masukan dari lebih dari 600 pengembang di tujuh pasar utama, termasuk Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Vietnam, dan India, menyoroti bahwa penggunaan AI masih berada dalam tahap pematangan, di mana pengembang menggunakannya secara pragmatis untuk meningkatkan kecepatan dan kualitas kerja, bukan untuk otomatisasi penuh.
 
Laporan ini menyoroti tiga temuan utama mengenai tren adopsi AI di kawasan tersebut:

AI Umum Digunakan namun Belum Matang
Sebanyak 95% pengembang menggunakan AI setiap minggu, dan 56% selalu membuka asisten AI. Produktivitas adalah pendorong utama, dengan 80% menyebut kecepatan dan otomatisasi sebagai motivasi, dan 37% pengembang melaporkan penghematan empat hingga enam jam kerja setiap minggunya. Meskipun demikian, AI masih dianggap sebagai alat produktivitas; hanya 22% yang menggunakannya untuk memecahkan masalah baru, dan kurang dari setengah (43%) percaya bahwa kinerja AI setara dengan insinyur tingkat menengah.
 
AI Berkembang melalui Akuntabilitas
Inkonsistensi dan ketidakandalan hasil disebut oleh 79% pengembang sebagai hambatan utama untuk penggunaan AI yang lebih luas. Akibatnya, 67% pengembang meninjau semua kode yang dihasilkan AI, dan 70% secara rutin memperbaikinya untuk memastikan ketepatan. Pengawasan dan validasi yang dipimpin manusia ini justru memperkuat inovasi, dengan 72% pengembang melaporkan peningkatan produktivitas dan kualitas kode yang lebih baik.
 
Pengalaman AI yang Tidak Merata
Akses terhadap pelatihan formal terbukti tidak merata. Sebagian besar pengembang (71%) belajar secara mandiri melalui tutorial atau proyek pribadi, sementara hanya 28% yang mendapatkan pelatihan dari perusahaan. Namun, para pengembang tetap optimis; 87% telah menyesuaikan rencana belajar atau karier mereka untuk memanfaatkan AI, dan 62% berharap AI membuka peluang karier yang lebih luas.
 
Di antara negara-negara yang disurvei, pengembang asal Indonesia menonjol sebagai salah satu yang paling progresif dalam pemanfaatan AI. Mereka adalah pengguna IDE yang terintegrasi AI paling aktif, dengan 78,9% melaporkan penggunaan Cursor dalam enam bulan terakhir, di samping 90,1% yang menggunakan ChatGPT.
 
Idan Zalzberg, Chief Technology Officer Agoda, menyatakan bahwa kecerdasan buatan kini telah berkembang menjadi perubahan besar dalam cara perangkat lunak dikembangkan, membantu tim bekerja lebih cepat, terus belajar, dan memecahkan masalah dengan cara baru.
 
"Peluang terbesar ada pada upaya mendukung kematangan ini melalui praktik terstruktur dan eksperimen yang bertanggung jawab, sehingga adopsi yang tinggi dapat berkembang menjadi kemampuan yang berkelanjutan,” tambah Zalzberg.
 
Studi ini diinisiasi oleh Agoda bekerja sama dengan Macramé Consulting sebagai upaya untuk mendukung para pengembang di kawasan dalam membangun kemampuan dan kerangka kerja yang dibutuhkan.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(MMI)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan