Dukungan ini juga disampaikan oleh Arkav Juliandri sebagai General Manager Cloud & Business Innovation XL Axiata. Berikut petikan wawancaranya.
T: Apa pentingnya asosiasi ini bagi Kemajuan Digital Ekonomi Indonesia?
J: "Yang utama sebenarnya ada beberapa sisi, tapi yang utama untuk memberikan dukungan kepada pemerintah bahwa jangan ragu-ragu menerapkan PP No. 82 Tahun 2012. Karena bahkan Thailand juga meniru PP No. 82, karena juga ingin punya regulasi seperti itu."
"Karena memang sebaiknya data orang Indonesia dimiliki dan disimpan di Indonesia. Bukan apa-apa, karena kemarin itu sempat, kurang lebih dua atau tiga bulan lalu, ada isu tentang terorisme. Data-data tentang teroris, bisa dibayangkan kalau data itu milik kita tapi disimpan di tempat lain. Bagaimana Kementerian Hankam dan politik bisa mengamankan itu? Demikian juga dengan data-data perbankan dan pajak."
"Jadi memang kita itu ingin menudukung instansi-instansi pemerintahan dan lain-lainnya, tentang bahwa kalau data itu dimiliki maka akan lebih mudah kita itu meng-counter isu-isu yang itu tadi, isu korupsi, terorisme, data cyber attack, dan sebagainya. Jadi itu pertama. Yang kedua, kita itu ingin menarik investor dari luar. Bisa dibayangkan kalo kita implementasi PP No. 82 itu disini. Berarti kan ada pembangunan data center dan industri. Yang berminat membangun industri itu, orang asing itu, sangat banyak. Namun, kita tidak membangun data center di Indonesia, malah mengandalkan Singapura."
"Orang asing duitnya kemana? Ya singapura, tidak salah. Jadi ripple efect-nya yaitu kalau implementasikan PP No. 82 ini, pasti akan banyak investor masuk ke Indonesia. Dan membangun data center itu tidak mudah. Yang mampu membangun data center hanya pemain besar karena banyak variabelnya. Makanya, investasi yang masuk ke Indonesia bukan invetasi kacangan. Jadi bisa dukung perekonomian Indonesia karena dollar masuk ke Indonesia. IDPRO ingin tunjukan Indonesia punya infrastruktur yang tidak kalah baik. Pendirinya sudah punya sertifikasi terbaik. Jadi misi kita, kita ingin rangkul founder dan anggotanya, mari umumkan bahwa data center Indonesia bagus. Nanti saya bikin agregatnya bahwa disamping founder, berapa yang bergabung. Dan akan ditanya mau apa dan kita beri saran yang baiknya seperti apa. Ada mix and match antara kebutuhan dan suplai."
T: Apa agenda terbesar asosiasi ini dalam waktu dekat?
J: "Kita mau mengkonsolidasikan, ada beberapa sih, tapi tiga yang utama. Pertama mengkonsolidasikan informasi dari sektor yang kita punya, informasi yang terpecah-pecah dan sendiri-sendiri. Kita akan rangkum dan kita sebarluaskan."
"Kedua, kita ingin mendengarkan masukan dari stakeholder dan OJK. Pendapat dari Menkopolhukam, terutama terkait ketahanan data terkait teroris, ketahanan data dan lainnya tadi. Juga dari Kemenkominfo terutama terkait dengan OTT. Contohnya, bagaimana cara kita mendukung supaya Go-Jek dan startup Indonesia bisa lebih maju. Jadi kita dukung startup yang punya ide dengan ekosistemnya."
"Yang ketiga masalah sertifikasi. Karena sangat disayangkan kalo kita itu tidak punya sertifikasi sendiri. Indonesia dari Indonesia. Jadi sebisa mungkin kita yang paling tahu alam kita, curah hujan kita, dan petir kita kaya apa. Juga infrastruktur di wilayah di luar Jawa. Karena ada penyesuaian. Harga yang sesuai seperti apa, jadi tidak bisa semuanya USD. Nanti kita atur via sertifikasi. Kami harapkan sertifikasi ini mendapat peran aktif dari akademisi, biar adil, netral. Enggak bisa salah satu founder mendominasi. Kajiannya dari akademisi yang netral, kita ngikut saja kok ke sana."
T: Beberapa tahun terakhir, e-commerce berkembang pesat di Indonesia. Seberapa besar pengaruhnya terhadap kebutuhan data center?
J: "Suka tidak suka e-commerce akan jadi penunjang ekonomi Indonesia. Orang-orang Indonesia sudah semakin melek e-commerce dan makin banyak yang belanja di sana. Bahkan traditional market pun sudah mulai bergeser ke arah sana."
"E-commerce juga memacu kami, penyedia data center untuk dapat menyediakan layanan yang aman, karena aman itu penting. Juga terpercaya dan andal. Data center lokal akan mempercepat proses, juga akan makin murah. Karena kalo data center di luar, e-commerce harus bayar bandwidth internasional."
T: Dengan pemasaran cloud yang makin gencar sekarang ini, bagaimana tanggapan perusahaan-perusahaan, SMB dan enterprise, agar mereka beralih ke cloud?
J: "Cloud itu memang banyak ragamnya. Dari kami, ini tergantung dari masing-masing ya. Karena ada orang yang percaya, semua dilepas di cloud. Tapi ada yang ragu, bahkan ada yang tidak percaya. Maka kita tidak bisa mengeneralisasi."
"Saya selalu bilang bahwa sebaiknya semua perusahaan fokus pada bisnis intinya. Misalnya, saya tidak melihat kenapa perusahaan agensi harus punya departemen IT sendiri. Padahal kan digital agency atau marketing agency kelebihannya itu di kreatif marketing, kreatif desain. Tapi data-data segala diserahkan ke luar, yang digital. Yang penting keamanannya, beli SLA-nya."
"Jadi ngapain bikin sendiri. Juga bank. Karena akan mahal banget itu. Tapi sekarang perlahan-lahan mulai bergeser. Mereka menyetujui bahwa mereka tidak perlu punya IT sendiri. Karena untuk mengoperasikan tim IT sendiri itu mahal. Makanya pelan-pelan beralih ke cloud. Saya juga menyarankan aplikasi non-critical diserahkan ke cloud. Layanan cloud terpercaya menjamin kehandalan aplikasi seperti email. Kecuali billing yang menjadi inti perusahaan seperti perusahaan kami, karena mengandung informasi penting."
T: Cloud sangat tergantung pada data center yang Andal. Bagaimana sebaiknya perusahaan menentukan cara terbaik untuk terkoneksi ke cloud karena pilihannya banyak sekali?
J: "Terbuka, disesuaikan dengan masing-masing kebutuhan end-user. Tapi kebanyakan orang langsung melihat SLA. Jadi SLA-nya itu seperti apa. Yang kedua harganya, karena bagaimanapun juga harga itu bersaing. Dan, yang ketiga ini paling penting, service."
Maksudnya, walaupun ada SLA, tapi kalau orangnya tidak bisa dihubungi, tidak bisa melayani akan sia-sia. Di Indonesia itu, bagaimanapun juga, SLA bisa kita compromise, harga boleh compromise. Tapi soal orang, kita ingin orang yang standby, siap sedia melayani kita, mau datang kalau dipanggil. Bagi saya, yang utama adalah masalah orang. Kalo orang ini siap melayani klien, itu sudah merupakan kemenangan besar lah.
T: Bagaimana perkembangan Data Center modular pertama XL di Balikpapan? apakah sudah ada perusahaan/lembaga yang menggunakan? bagaimana prospeknya sampai 5 tahun ke depan?
J: "Alhamdulillah sudah beberapa klien masuk ke sana. Sekarang itu sudah tiga, kalau enggak salah, karena waktu itu memang didesainnya sedikit. Data center ini memang didesain hanya 10 rak, maksimal 12 rak. Kebanyakan kalau zaman dulu, semua ingin bangun gedung besar, sampai 2.000 bahkan 10.000 meter persegi. Mahal biaya operasinya."
"Makanya, kalau kita bangun dalam bentuk kontainer, sederhana, diisi lalu penuh, kemudian dibangun lagi, kan efisien. Tapi enggak semua orang memiliki keahlian ini. Jadi kalau kita, kita akan bangun seefisien mungkin, dan pengoperasiannya pun, karena kecil, kami bisa mengoperasikannya dari Surabaya. Saya bisa memonitor pengoperasiannya dari Surabaya. Jadi enggak perlu ada orang yang standby ada di sana."
"Kalau ada orang pun, hanya satpam. Karena kan komplek telko, jadi harus terpercaya. Tapi untuk engineer, langsung dimonitor dari Surabaya. Jadi kalau diperlukan, akan datang. Kami berharap bisa tetap melayani dengan baik, juga bisa bangun di wilayah lain selain di Balikpapan. Selanjutnya kita akan bangun di Bandung."
T: Apa rencana XCloud tahun ini dan bagaimana XCloud akan menyambut persaingan?
J: "Kalau bisnis sih running ya. Kita itu mau ke arah sertifikasi. Karena bagaimanapun juga e-sommerce sama banking itu dua industri yang pertumbuhannya sangat pesat. Makanya, kita akan menguatkan sertifikasi PCI DSS.
Jadi ada sertifikasi khusus untuk dunia Finance yang dibutuhkan. Jadi ke arah sana. Dan kita mulai sangat aktif memasarkan cloud ini untuk dunia banking. Tapi tanpa sertifikasi, kami susah. Makanya kami genjot sertifikasi PCI DSS ini. Jadi masih work in progress."
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News