Pemerintah Arab Saudi berencana menawarkan ibadah Haji secara virtual via Metaverse.
Pemerintah Arab Saudi berencana menawarkan ibadah Haji secara virtual via Metaverse.

Bisakah Ibadah Haji Dilakukan Secara Virtual via Metaverse?

Lufthi Anggraeni • 09 Februari 2022 14:45
Jakarta: Kerajaan Arab Saudi berencana membuat ibadah haji dapat dilakukan di metaverse, dan hal ini memicu kontroversi. Wacana ini bermula saat Ka’bah di Masjidil Haram yang resmi dibuat oleh Kerajaan Arab Saudi muncul di metaverse.
 
Mengutip Middle East Eye, proyek metaverse ini bertajuk Virtual Black Stone Initiative yang diluncurkan pada akhir bulan Desember 2021 lalu. Imam Besar Masjidil Haram Sheikh Abdul Rahman Al Sudais menjadi orang pertama yang mengunjungi Ka’bah versi metaverse via Virtual Reality (VR).
 
Ka’bah di metaverse ini digagas pemerintah Arab Saudi melalui Badan Urusan Pameran dan Museum, berkolaborasi dengan Universitas Ummul Quro. Gagasan ini awalnya bertujuan untuk memberikan kesempatan pada umat Islam agar dapat menyentuh Hajar Aswad secara virtual.

Kemudian, keberadaan Ka’bah di metaverse memicu kemunculan ide soal pelaksanaan Haji via metaverse. Namun setelah melakukan pengkajian selama satu bulan, Departemen Urusan Agama Turki mengeluarkan keputusan bahwa mengunjungi Ka’bah di metaverse tidak dianggap ibadah Haji.
 
Departemen Urusan Agama Turki memutuskan bahwa ibadah Haji harus dilakukan di dunia nyata, sedangkan kunjungan Ka’bah via VR dinilai sama dengan layanan kunjungan VR di sejumlah museum dunia.
 
Sebagai pengingat, metaverse adalah ruang virtual yang diciptakan sebagai versi digital dari berbagai aspek yang ada di dunia nyata, baik interaksi antara manusia maupun fungsi ekonomi. Istilah metaverse mengacu pada dunia virtual menyerupai kehidupan dunia nyata, dengan tanah, bangunan, avatar yang bisa dibeli dan dijual, seringkali menggunakan mata uang kripto.
 
Di dalam dunia metaverse, manusia via avatar dapat beraktivitas, berteman, mengunjungi tempat tertentu, membeli barang dan jasa, layaknya di kehidupan nyata. Secara etimologis, metaverse sendiri berasal dari kata 'meta' yang bermakna 'melampaui' dan 'verse' yang berarti 'alam semesta'.
 
Konsep metaverse pertama kali dikenalkan dalam novel Snow Crash karya Neal Stephenson di tahun 1992 yang menceritakan perjalanan metaverse sepasang kurir untuk menyelamatkan diri dari distopia kapitalis.
 
Metaverse dapat dikenali dengan beberapa karakteristik dasar, termasuk persisten, sebab metaverse akan terus berjalan tanpa pernah mengalami reset, jeda, dan tidak akan pernah berakhir. Karakter dasar metaverse lainnya yaitu real-time, yaitu meski peristiwa dalam ruang metaverse telah didesain sebelumnya, namun pengguna dapat merasakan tiap pengalaman secara real-time.
 
Selain itu, fungsi ekonomi juga merupakan karakter dasar metaverse, sebab seperti di dunia nyata, ekonomi di ruang metaverse berfungsi secara penuh. Berbagai aktivitas jual beli, transaksi produk dan layanan dilakukan dengan mata uang asli berbasis blockchain.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MMI)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan