Sebelumnya NASA menjadwalkan untuk mengirimkan astronot ke bulan pada tahun 2028. Selain itu, Wakil Presiden Pence juga menyebut bahwa hal yang dibutuhkan saat ini adalah kondisi mendesak.
Pence turut menyebut bahwa kebutuhan tersebut telah dituliskan pada kebijakan administrasi dan Amerika Serikat akan kembali mengirimkan astronot asal Amerika dalam kurun waktu lima tahun mendatang.
Administrator NASA Jim Bridenstine, yang ditunjuk langsung oleh Presiden Donald Trump, kemudian menerima tantangan Pence tersebut. Bridenstine menyatakan bahwa NASA akan mengerahkan upaya terbaiknya untuk memenuhi tenggat waktu yang diajukan Pence tersebut.
Melalui akun pribadinya, Bridenstine juga mengunggah tautan ke halaman situs NASA Moon to Mars, meski halaman tersebut masih mencantumkan tahun 2028 sebagai tahun targetnya untuk dapat mengirimkan astronot ke permukaan bulan.
Halaman ini kemudian direvisi dan mencantumkan tahun 2024 sebagai target pengiriman astronot ke bulan tersebut.
Pidato Pence turut membahas soal ketegangan Perang Dingin, mendorong NASA untuk mendaratkan Apollo 11 di bulan sesuai dengan jadwal awal yang ditentukan sejak 50 tahun lalu, yaitu pada bulan Juli mendatang.
Pence menyebut Amerika Serikat tengah berada di tengah perlombaan ruang angkasa lain, mengaitkannya dengan pendaratan roket karya Tiongkok di sisi bulan lainnya. Menurut Pence, pendaratan tersebut menunjukan ambisi Tiongkok untuk merebut bagian strategis di bulan.
Selain itu, Pence juga membahas soal ketergantungan pada roket karya Rusia untuk mengirimkan astronot asal Amerika ke orbit selama beberapa dekade lalu. Pence berharap NASA akan mengakhiri ketergantungan tersebut dengan pesawat luar angkasa baru rancangan SpaceX, Boeing dan NASA.
Secara eksplisit Pence menyebut bahwa target dengan jangka waktu lima tahun tersebut harus dapat tercapai dengan berbagai cara, termasuk beralih ke roket komersial. NASA berencana untuk mengirimkan astronot ke orbit bulan menggunakan Space Launch System (SLS) baru karyanya.
Penggunaan SLS tersebut direncanakan NASA akan berdampingan dengan pesawat luar angkasa Orion, meski penggunaan SLS ini dilaporkan mengalami penundaan. Pada awal bulan Maret ini, Bridenstine mengaku bahwa NASA perlu mengirimkan pesawat luar angkasa Orion versi tanpa awak pada tahun 2020 mendatang, namun menggunakan roket komersial SpaceX Falcon Heavy.
Namun pada pernyataan yang dirilis hari Selasa waktu Amerika Serikat, Bridenstine menyebut meski memiliki sejumlah alternatif pesawat luar angkasa, namun tidak satupun dari pesawat tersebut yang mampu memenuhi tujuan NASA untuk mengorbit di sekitar bulan dalam misi Exploration Mission-1, dengan anggaran dan jadwal waktu yang sesuai.
Sebagai hasilnya, Bridenstine menyebut NASA akan mengkaji hal ini selama dua minggu untuk menegaskan kembali komitmennya terkait dengan SLS. Bridenstine juga berjanji akan merilis informasi lebih lanjut di masa mendatang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News