Menanggapi tantangan ini, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Organisasi Riset Energi dan Manufaktur (OREM) menyelenggarakan The 12th International Conference on Sustainable Energy Engineering and Application 2025 (ICSEEA 2025).
Konferensi ini berlangsung di Yogyakarta secara hybrid pada 19-20 Februari 2025, dengan tema “Green Manufacturing: Integrating Renewable Energy and Advanced Testing Technology for Sustainable Future”.
Ketua ICSEEA 2025, Mohamad Khoirul Anam, menjelaskan bahwa konferensi ini membahas tren penelitian terkini di berbagai bidang, termasuk energi baru dan terbarukan, transportasi berkelanjutan, manufaktur ramah lingkungan, MSTQ (pengukuran, standardisasi, pengujian, dan jaminan kualitas) di sektor manufaktur, serta teknologi maritim berkelanjutan.
ICSEEA 2025 menjadi platform utama bagi para peneliti, akademisi, dan pelaku industri untuk berbagi pengetahuan, inovasi, serta solusi terbaru dalam energi dan manufaktur berkelanjutan. Dalam bidang manufaktur, BRIN berupaya mengembangkan teknologi yang sesuai dengan kondisi Indonesia.
"Teknologi dari luar negeri dapat diterapkan di sana karena daya beli yang tinggi, tetapi belum tentu cocok untuk Indonesia. Inilah tantangan bagi para peneliti manufaktur," jelas Teguh Muttaqie, Kepala Pusat Riset Teknologi Pengujian dan Standar BRIN, pada Rabu, (19/2).
Teguh juga mengungkapkan fokus riset BRIN saat ini yang tertuju pada dua bidang utama, yaitu konservasi energi dan manufaktur hijau. "Konservasi energi itu bagaimana kita membuat energi lebih efisien dari bebannya, dari pemakaiannya, tapi tidak mengurangi fungsi," tambahnya.
Dalam kesempatan tersebut, Adroit T.N. Fajar dari ?Kyushu University, salah satu Keynote Speakers, menyampaikan tentang teknologi desain molekuler berkelanjutan dengan memanfaatkan ?Artificial Intelligence (AI). “Di era disrupsi saat ini, ilmu Kimia Terapan dapat dipadukan dengan teknologi AI untuk desain molekuler, termasuk dalam pemilihan ekstraktan di industri pertambahan logam dan menilai pembentukan bahan kimia baru,” ujarnya.
Sementara itu, Anelie Petrissans dari Universite De Lorraine, Prancis, bersama tim laboratorium riset multidisiplin LERMAB tengah mengembangkan teknologi torefaksi atau pemanasan kayu untuk produksi material dan energi yang berkelanjutan. “Kayu yang dipanaskan memiliki keunggulan, yaitu memiliki jejak karbon rendah selama masa produksi, dan setelah pemakaiannya akan mudah menghasilkan energi ramah lingkungan,” tegas Petrissans.
Di kesempatan yang sama, Ismail A. Al-Faleh, Direktur National Measurements and Calibration Center (NMCC) Arab Saudi, memaparkan peran standardisasi di bidang energi dan manufaktur di negaranya.
“Saudi Standards, Metrology, and Quality Organization (SASO) telah mengembangkan dan menerapkan standar khusus untuk teknologi energi terbarukan, seperti panel surya, turbin angin, dan sistem penyimpanan energi. SASO juga menciptakan kerangka peraturan yang mengatur instalasi dan pengoperasian sistem energi terbarukan; serta mengawasi sertifikasi produk dan sistem energi terbarukan untuk memverifikasi kinerja, keselamatan, dan kepatuhan terhadap standar yang ditetapkan,” paparnya.
Selanjutnya, hadir pula Masahiro Hori dari Shizuoka University yang memaparkan manufaktur nano untuk aplikasi hemat energi dan teknik efisiensi energi untuk teknologi Complementary Metal-Oxide-Semiconductor (CMOS) kriogenik.
Menurutnya, dalam lektronik kriogenik, pengoperasian (Metal-Oxide-Semiconductor) MOS pada suhu rendah akan meningkatkan kinerja. “Pada T rendah, total daya sistem diperkirakan berkurang, termasuk daya pendinginan,” jelas Hori.
Terkait strategi Jepang dalam pengembangan kendaraan listrik menuju netralitas karbon, Tetsuya Niikuni, Direktur Environment Research Department NTSEL, NALTEC menjelaskan bahwa negaranya menargetkan penjualan kendaraan listrik berpenumpang baru dapat mencapai 100% di tahun 2035.
Selain itu, Jepang telah memperkenalkan 5.000 kendaraan listrik komersial berbobot lebih dari delapan ton sejak tahun 2020 dan menetapkan target penetrasi kendaraan listrik 2040, yang akan dimulai pada 2030. Sementara itu, penjualan kendaraan listrik dan kendaraan berbahan bakar rendah karbon dengan bobot kurang dari delapan ton, diproyeksikan 100% di tahun 2040.
Konferensi tersebut juga menghadirkan temu industri dan pameran dari Parr Instrument USA dan PT Sarana Laboratorium Instrumentasi (SLI), yang menampilkan peralatan pengujian terbaru, layanan konsultasi dari produsen terkemuka, dan penyedia teknologi dari sektor industri energi.
Konferensi ICSEEA 2025 ini disponsori oleh Parr Instrument USA, PT Sarana Laboratorium Instrumentasi, PT PLN Persero, PT Pertamina Persero, PT PLN Puslitbang, PT Geodipa Energy, PT Biro Klasifikasi Indonesia (Persero), PT PLN Indonesia Power, PT Vale Indonesia, dan Bank BJB.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News