Menurut data dari Statista, pendapatan pasar SaaS di APAC diproyeksikan mencapai lebih dari USD48 miliar pada akhir tahun 2025 dan berpotensi melonjak hingga lebih dari USD104 miliar pada tahun 2029. Pertumbuhan ini didorong oleh strategi yang berfokus pada efisiensi baik dari perusahaan maupun pemerintah, termasuk Singapura yang sangat mengandalkan penggunaan SaaS.
Namun, seiring dengan pesatnya adopsi SaaS, risiko keamanan siber juga meningkat. Patrick Opet, CISO dari JPMorgan Chase, baru-baru ini memperingatkan tentang ekosistem SaaS yang luas yang menciptakan kerentanan baru yang dieksploitasi oleh peretas.
Peningkatan lingkungan multi-cloud dan kerja jarak jauh yang terdistribusi juga berkontribusi pada peningkatan eksponensial titik akhir dan aplikasi, sehingga memperluas permukaan serangan.
Menanggapi tantangan ini, Takanori Nishiyama, SVP & Japan Country Manager dari Keeper Security, menekankan pentingnya Privileged Access Management (PAM) sebagai lapisan kontrol penting untuk mengurangi permukaan serangan siber.
PAM dapat memberlakukan akses dengan hak istimewa paling rendah, memastikan pemantauan berkelanjutan, dan melindungi dari ancaman orang dalam serta risiko vendor pihak ketiga.
Nishiyama juga mencatat bahwa solusi PAM berbasis cloud modern kini lebih mudah diakses, terukur, dan mudah digunakan, memberikan visibilitas dan kontrol yang dibutuhkan tim keamanan untuk melindungi lingkungan SaaS sensitif tanpa memperlambat kelincahan bisnis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News