Informasi ini diketahui media setelah peretas bernama samaran 0x2Taylor mengunggah tautan di media sosial Twitter. Tautan tersebut mengarahkan ke pembuangan data yang berisi ribuan data penting pelanggan, termasuk nama, password, alamat email, dan nomor telepon, seperti yang dilaporkan IBTimes.
Pada pernyataannya, Amazon menyebut telah melakukan konfirmasi dan memastikan bahwa informasi yang diunggah peretas tersebut tidak berasal dari server miliknya. Selain itu, Amazon juga menjelaskan, akun yang ada pada daftar yang ditampilkan di tautan tersebut bukanlah akun milik pelanggannya.
Sebelumnya, 0x2Taylor mengklaim telah menuntut bayaran sebesar USD700 (Rp9,2 juta) pada Amazon, mengancam untuk mempublikasikan informasi yang dia dapatkan jika Amazon tidak memenuhi tuntutannya. Dia lalu menyebarluaskan informasi yang berhasil dia curi setelah Amazon menolak untuk membayar sejumlah uang padanya.
Kepada situs teknologi Mic, peretas mencoba menjelaskan cara dia meretas Amazon. Dia mengatakan, dia melakukan peretasan ini dengan membobol server Amazon bersama rekannya. Saat seseorang pertama kali menggunakan Kindle dan menyesuaikan pengaturan, seluruh datanya akan disimpan dalam database. Ketika itu, sang peretas mengaku tidak berniat untuk menyebarluaskan data tersebut.
Sementara itu, Vice President of Operation di firma keamanan siber, Synack, mengaku percaya bahwa pembuangan data tersebut memang valid. Hal ini memperkuat dugaan bahwa informasi itu didapatkan dari komputer pada jaringan internal Amazon.
Namun, setelah melakukan analisa, peneliti keamanan dari Security Affairs, Brian Wallace, masih mempertanyakan keabsahan data pada tautan tersebut. Menurutnya, data tersebut tidak akan memberi pengaruh pada pengguna Kindle.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News