Di kesempatan konferensi pers terkait aplikasi eHAC, Kepala Pusat Data dan Informasi Kemenkes, Anas Ma’ruf menyebut bahwa data yang bocor adalah database aplikasi lama. Hal ini disebabkan sejak bulan Juli fitur eHAC sudah terintegrasi ke aplikasi PeduliLindungi.
“Kebocoran data terjadi di aplikasi eHAC yang lama, sudah tidak digunakan lagi sejak Juli 2021 sesuai dengan Surat Edaran Kementerian Kesehatan Nomor HK.02.01/Menkes/847/2021 tentang Digitalisasi Dokumen Kesehatan bagi Pengguna Transportasi Udara yang Terintegrasi dengan Aplikasi PeduliLindungi,” ungkap Anas dalam konferensi virtual.
Anas menegaskan bahwa infrastruktur yang digunakan aplikasi PeduliLindungi kini berbeda sepenuhnya dari aplikasi eHAC. Jadi dia menjamin bahwa kebocoran data tidak akan terjadi lagi.
“Sistem yang ada di dalam PeduliLindungi, dalam hal ini eHAC berbeda dengan sistem dengan eHAC yang lama. Infrastruktur berbeda, berada di tempat yang lain,” tegas Anas.
Dia sendiri tidak menyebutkan secara detil langkah yang dilakukan untuk menarik data yang sudah bocor ke internet. Anas menduga kebocoran data eHAC lama kemungkinan di pihak mitra dan saat ini pemerintah sudah merespon dengan investigasi mendalam.
“Saat ini pemerintah sudah melakukan pencegahan, serta melakukan upaya lebih lanjut dengan melibatkan Kominfo dan pihak berwajib sesuai amanat Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2019 tentang Penyelenggara Sistem dan Transaksi Elektronik (PSTE),” ujarnya.
“Sebagai langkah mitigasi, maka eHAC yang lama sudah dinonaktifkan. Saat ini, eHAC tetap dilakukan tetapi berada di dalam PeduliLindungi. Sekali lagi eHAC yang digunakan itu di dalam PeduliLindungi,” tuturnya.
Sebelumnya vpnMentor mengklaim ada sekitar 1,3 juta data pengguna aplikasi eHAC yang bocor ke internet. Hal ini disebabkan sistem database yang dianggap rentan termasuk akses eHAC versi URl atau web. Data yang bocor terbilang berisi data pribadi sangat sensitif termasuk terkait tenaga medis dan pihak rumah sakit.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News