"Kalau tidak punya tameng, ya kita tidak bisa menangkal serangan. Sampai tahun 2003, bentuk serangan siber sebenarnya hanya berupa disruption atau gangguan," kata Iswadi, Kamis (21/5/2015).
Sejak tahun 2005, pola penyerangan siber mulai berubah. Mereka yang menjadi target penyerangan adalah pihak-pihak tertentu, tak terkecuali pemerintah. Serangan ini dilakukan lebih dari sekedar menunjukkan eksistensi, melainkan untuk meraih keuntungan dari segi apa pun.
"Satu malware untuk menyerang hanya berlaku untuk satu target, tidak bisa dipakai untuk menyerang target lain. Pola penyerangan sangat dinamis, bisa lewat email, file word atau .pdf. Bahkan, dari mengirim CV ke pihak HRD sebuah perusahaan bisa menjadi salah satu teknik penyerangan."
Serangan siber saat ini sangat terencana, teorganisir, terstruktur, sampai aktivitas mereka tidak diketahui oleh solusi keamanan yang sudah ada. Akibatnya, teknik pertahanan tradisional sudah tidak berguna, salah satu alasannya adalah ketergantungan terhadap update.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News