Hal ini terjadi karena para pekerja tersebut menerima gaji 121 persen lebih besar dari yang diterima pekerja berlatar belakang pendidikan yang sama tetapi tidak menggunakan keterampilan digital dalam pekerjaan.
Riset ”Asia Pacific Digital Skills Study: The Economic Benefits of a Tech-Savvy Workforce” (Riset Keterampilan Digital Asia Pasifik: Manfaat Ekonomi dari Tenaga Kerja Melek Teknologi) yang ditugaskan oleh AWS dan dilaksanakan oleh Gallup, meneliti bagaimana upaya membangun angkatan kerja yang didukung teknologi telah membawa manfaat yang signifikan bagi pekerja, organisasi/perusahaan, serta perekonomian.
Sebanyak 1.412 pekerja dewasa dan 348 pemberi kerja di Indonesia dari berbagai organisasi sektor publik dan swasta dan industri disurvei. Dalam riset ini, keterampilan digital dasar didefinisikan sebagai kemampuan untuk menggunakan email, pengolah kata, dan perangkat lunak produktivitas kerja lainnya, serta media sosial.
Keterampilan digital menengah mencakup desain web dengan template, memperbaiki masalah (troubleshooting) pada aplikasi, dan analisis data. Sementara itu, keterampilan digital tingkat tinggi meliputi arsitektur atau pemeliharaan cloud, pengembangan perangkat lunak atau aplikasi, kecerdasan buatan (AI), dan pembelajaran mesin.
Riset ini menemukan bahwa pekerja digital dengan keterampilan tingkat tinggi di Indonesia tidak hanya menikmati pendapatan yang lebih besar. Sebanyak 88 persen dari pekerja dalam kelompok ini menyatakan tingkat kepuasan kerja yang lebih tinggi, dibandingkan dengan 49 persen pekerja dengan keterampilan menengah dan 44 persen pekerja dengan keterampilan digital dasar.
Selaras dengan temuan tersebut, pemberi kerja yang sangat mengandalkan pekerja berketerampilan digital tingkat tinggi, teknologi digital, dan teknologi cloud mampu mencatatkan pertumbuhan bisnis dan inovasi yang lebih tinggi.
Terungkap bahwa 21 persesn dari organisasi/perusahaan di Indonesia yang menjalankan sebagian besar bisnisnya di cloud melaporkan peningkatan pendapatan tahunan sebesar dua kali lipat atau lebih, dibandingkan dengan 12 persen dari organisasi yang hanya menjalankan sebagian, atau bahkan tidak sama sekali, bisnisnya di cloud.
Lebih lanjut, organisasi berbasis cloud juga kemungkinan 15 poin persentase lebih besar untuk memperkenalkan produk baru atau produk yang lebih baik dalam dua tahun terakhir (94 persen vs 79 persen).
Dengan semakin banyaknya organisasi yang bersiap-siap untuk menghadapi tantangan di masa depan digital, dalam riset ini Gallup menyoroti 10 teknologi terbaru termasuk AI, komputasi edge dan kuantum, blockchain, dan cryptocurrency.
85 persen pemberi kerja di Indonesia mengatakan bahwa setidaknya satu dari 10 teknologi ini akan menjadi bagian standar dari operasional bisnis mereka di masa depan, dan 5G menjadi teknologi yang paling banyak dipilih yakni sebesar 74 persen.
“Di Indonesia tengah terjadi transformasi digital yang mengubah cara manusia bekerja hingga cara mereka hidup. Riset ini menunjukkan bahwa keterampilan digital menciptakan nilai ekonomi yang amat besar di tingkat individu, organisasi, hingga makro ekonomi,” terang Ekonom Utama Gallup, Jonathan Rothwell.
“Seiring dengan bertambahnya organisasi dan perusahaan yang memindahkan sistem TI mereka ke cloud sepanjang dekade yang akan datang, dan teknologi baru terus bermunculan, digitalisasi akan mendorong penciptaan lapangan pekerjaan baru dalam jumlah yang besar. Peluang Indonesia di tengah kompetisi ekonomi digital bergantung pada keberadaan tenaga kerja yang mumpuni dan berketerampila tinggi, yang akan mendorong laju inovasi, saat ini dan nanti.”
Dalam survei yang dilakukan untuk riset ini, 84 persen pemberi kerja Indonesia melaporkan bahwa mereka ingin mengisi pos-pos pekerjaan yang mensyaratkan keterampilan digital, tetapi 86 persen mengaku kesulitan untuk menemukan talenta yang mereka butuhkan.
Di antara hal yang menjadi penghambat adalah 50 persen organisasi di Indonesia lebih memilih pelamar dengan gelar sarjana, bahkan untuk posisi staf TI tingkat pemula.
Namun, banyak yang mulai menyadari bahwa tantangan dalam perekrutan ini dapat diatasi dengan menerima sertifikasi industri yang diajukan pelamar. Sebanyak 88 persen pemberi kerja setuju bahwa sertifikasi digital atau kursus pelatihan dapat diterima sebagai pengganti gelar sarjana.
“AWS bekerja sama dengan berbagai organisasi, mulai dari Universitas Indonesia, Balai Pelatihan dan Pengembangan Teknologi Informasi & Komunikasi (BPPTIK) dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), hingga Telkomsel untuk membantu menjembatani kesenjangan keterampilan digital."
"Kami telah memberikan pelatihan keterampilan cloud tingkat dasar, menengah, hingga tinggi kepada lebih dari 400.000 orang di Indonesia sejak tahun 2017, dan inisiatif ini tak akan sampai di sini saja,” tegas Emmanuel Pillai, Head of Training and Certification for ASEAN, AWS.
“Kami tak sabar untuk melanjutkan kolaborasi dengan pemberi kerja dari sektor publik dan swasta lokal, guna membantu mereka meningkatkan dan melengkapi keterampilan karyawan mereka serta untuk memperoleh manfaat penuh dari cloud untuk akselerasi pertumbuhan bisnis, produktivitas, dan inovasi.”
Sebagai upaya membantu pekerja di Indonesia untuk memperoleh keterampilan digital tingkat tinggi guna mendorong karir mereka, hari ini AWS memperkenalkan AWS re/Start Associate, yakni sebuah jalur baru di bawah payung program AWS re/Start untuk membantu para profesional TI yang menganggur dan setengah menganggur memodernisasi keterampilan mereka dan beralih ke karier cloud tingkat menengah.
Di Indonesia, AWS menggandeng Orbit Future Academy, sebuah penyedia kursus online, untuk menyampaikan program secara lokal. Secara global AWS re/Start adalah program pengembangan tenaga kerja berbasis kohort gratis dengan rentang waktu beberapa minggu, yang mempertemukan lebih dari 98 persen lulusannya dengan peluang wawancara kerja.
“Kami percaya bahwa sejalan dengan AWS re/Start Indonesia, program Associate ini akan semakin menambah nilai dan membantu mengatasi kesenjangan keterampilan untuk mampu memenuhi ekspektasi pasar kerja akan talenta dengan keterampilan cloud yang paling dibutuhkan,” jelas Sachin Gopalan, Presiden Direktur, Orbit Future Academy.
Pada Desember 2021, AWS telah meluncurkan AWS Asia Pacific (Jakarta) Region di Indonesia, dengan investasi sebesar USD5 miliar (Rp71 triliun) untuk 15 tahun ke depan. AWS Asia Pacific (Jakarta) Region diharapkan dapat menciptakan 24.700 peluang kerja langsung maupun tak langsung, dan menyumbangkan tambahan PDB Indonesia sebesar sekitar USD10,9 miliar (Rp155 triliun) sepanjang 15 tahun ke depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News