"Layanan internet atau data kini jadi fokus kami. 70 persen pelanggan 4G Plus kami merupakan pengguna layanan streaming. Makanya kita sejak masih 3G sudah fokus ke data service," tutur Group Head Network Strategic Architecture Indosat Ooredoo, Kustanto.
Kustanto menyebutkan di 2017, coverage layanan 4G Indosat Ooredoo masih di 41 persen. Meningkat di 2018 menjadi 80 persen di akhir tahun. Targetnya sebelum akhir 2019 sudah 87 persen dengan layanan 4G Plus Indosat Ooredoo.
"Bedanya 4G dan 4G Plus adalah kehadiran teknologi Carrier Aggregation di 4G Plus. Memadukan koneksi dari beberapa frekuensi 4G yang dimiliki Indosat," sebut Kustanto.
"Di kami BTS frekeunsi 900MHz paling banyak, karena kami juga punya di 1800MHz dan 1200MHz jadi bisa kasih coverage luas sekaligus cepat. Dari 2018 ke 2019 kita juga tambah site serta Base Transceiver Station untuk 4G," imbuhnya.
Pada 2018 cakupan 4G Plus Indosat Ooredoo mencapai 422 kota atau kabupaten. Di 2019 mereka mau tambah 18.000 BTS 4G dan mengganti penggunaan teknologi microwave dengan fiber optik sebagai saluran untuk menyediakan 4G.
"Penggunaan fiber optic ini nantinya bisa memberikan bandwidth lebih besar, bisa disiapkan untuk kebutuhan 5G saat sudah digunakan di Indonesia," ungkap Kustanto.
Dia menyebut pihak Indosat Ooredo tinggal menunggu regulasi dari pemerintah untuk menggelar 5G. Namun ini tidak akan cepat, Kustanto mengingatkan di sisi handset masih sedikit smartphone yang untuk 5G di tahun ini di Indonesia. Jadi secara keseluruhan ekosistem 5G di Indonesia belum siap.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
