Inisiatif yang ingin dibangun pada 2023 ini diantaranya adalah B2B2C (Business to Business to Consumer) approach, inisiatif ini menjadi salah satu inisiatif strategis untuk bisa menggandeng beberapa perusahaan dibawah naungan BUMN untuk menjadi layanan penyedia disbursement.
Reza Ari Wibowo sebagai Direktur Keuangan dan Strategi dari LinkAja menyatakan bahwa industri yang bergerak pada teknologi dunia sedang mengalami paradigma yang dinamakan Paradigm Shifting.
Hal itu membuat perusahaan menjadi path to profitability dan sustainability. Ia juga menjelaskan bahwa LinkAja akan melakukan shifting guna menuju profitability dan sustainability secara bertahapa sejak 2021. Selain itu, strategi yang akan dijalani adalah memperkuat bisnis B2B2C yang akan selalu berfokus kepada ekosistem BUMN, dan strategi itu dinilai efektif dan efisien.
“Saat ini industri teknologi dunia sedang mengalami paradigm shifting dari yang tadinya growth-at-all-cost menjadi path to profitability dan sustainability,” ucap Reza.
“Di LinkAja, kami sudah melakukan shifting menuju profitability dan sustainability secara bertahap semenjak 2021 dengan membaca arah pergerakan industri. Salah satunya yakni dengan memperkuat model bisnis,” lanjut Reza mengenai strateginya.
Apa yang sudah dikatakan oleh Reza tersebut memperlihatkan bahwa sejak awal 2022, LinkAja memang sudah berfokus melalui model bisnis two-sided business B2B2C. Bisa terlihat pada segmen B2C, mereka akan mengutamakan low-cost user acquisition and retention. Sedangkan untuk segmen B2B, mereka akan berpusat pada end-to-end value chain dari sisi tradisional/konvensional maupun digital.
Pada 2022 saja, LinkAja memang masih mengimplementasikan digital financial solutions. Hal tersebut berarti mereka akan selalu berfokus pada kolaborasi sinergi BUMN, terkhusus Telkomsel, pertamina, dan Himbara (Himpunan Bank Negara).
Untuk ekosistem, Telkomsel sendiri, LinkAja hadir untuk mendigitalisasi supply chain tradisional Telkomsel lebih dari 300 ribu retailer. Tidak hanya, tindakan itu juga didukung dengan kenaikan pendapatan yang mencapai 90 persen. LinkAja berharap bahwa digitalisasi ekosistem tradisional Telkomsel akan terus berlanjut ke tingkat distributor.
Peran yang akan diberikan oleh LinkAja untuk ekosistem Pertamina adalah mereka akan terus memperkuat positioning di aplikasi MyPertamina. Selain itu, meraka akan memberikan pertumbuhan pendapatan eksponensial sebesar 1600 persen. Mereka juga akan menggunakan Himbara untuk memperlihatkan pertumbuhan pendapatan yang signifikan yakni, 80 persen.
LinkAja berhasil untuk melakukan perbaikan profitabilitas yang signifikan pada 2022. Hal tersebut bisa terlihat dari revenue growth yang tumbuh dengan hasil yang memuaskan mencapai 30 persen, serta operational expense turun drastis lebih dari 50 persen. Dengan begitu, akan sejalan dengan fokus perusahaan untuk memperkuat fundamental bisnis yang berkelanjutan.
Tujuan tersebut hadir demi melakukan akselerasi pencapaian positive EBITDA dalam waktu dekat. Hadirnya BUMN sebagai key competitive advantage dan B2B2C sendiri akan membuat LinkAja untuk menurunkan biaya dengan tetap meningkatkan pendapatan.
Jadi, hal tersebut dinilai sangat efektif dan jauh berbeda pada 2021, yang terlihat bahwa komponen biaya pemasaran dan maintenance masing-masing mampu untuk diturunkan sebesar 90 persen lebih dan 30 persen. Bahkan, jika dilihat dari rasio pendapatan saja promosi juga bisa ditekan. (Christopher Louis)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News