Paper pertama kali diumumkan pada Oktober 2015 lalu, sebelum hadir dalam versi beta pada Agustus 2016 lalu. Software ini serupa dengan rangkaian aplikasi cloud workplace milik Google.
Selain itu, The Verge juga melaporkan, software yang tampil serupa Google Docs dengan bekal editor dokumen dan alat menulis ini dihadirkan sebagai fitur utama Dropbox. Sementara layanan dan fitur lainnya tengah dikembangkan untuk menghadirkan pengalaman penggunaan lebih kaya.
Paper merupakan upaya terbaru Dropbox untuk dapat bersaing secara bisnis dengan Microsoft dan Google. Upaya ini juga merupakan bagian dari peralihan Dropbox secara bertahap dari aplikasi dan ruang penyimpanan konsumer, ke arah software enterprise yang dinilai lebih menguntungkan dan stabil.
Dropbox juga dilaporkan telah memfokuskan sumber dayanya pada Paper dan proyek lain, sehingga aplikasi mobile dan situsnya dapat menawarkan performa lebih baik dan bukan sekadar tempat penyimpanan file.
Persaingan di ranah software enterprise ini dinilai cukup menyulitkan bagi Dropbox, sebab saat ini, sebagian besar organisasi telah memanfaatkan Office 365 atau Google G Suite. Dropbox sebelumnya juga telah menutup layanan Carousel dan Mailbox pada tahun 2015 lalu.
Selain itu, Paper juga dinilai tidak sepenuhnya terfokus pada proses kreasi, dengan memungkinkan pengguna mengimpor, mengedit, dan menggabungkan sejumlah file dari Google, Microsoft dan lainnya.
Paper telah dapat dimanfaatkan pada perangkat mobile dan web, tanpa bergantung pada model dan harga berlangganan yang dipilih dan telah digunakan oleh pengguna Dropbox. Namun, Software ini baru dapat digunakan oleh pengguna Dropbox di 21 negara dengan bahasa terdaftar, termasuk Inggris, Spanyol, Jepang, Rusia, dan Korea.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id