Komdigi tengah mengkaji teknologi satelit langsung ke ponsel (NTN-D2D) seperti Starlink Direct-to-Cell untuk memperluas akses digital hingga ke wilayah terpencil.
Komdigi tengah mengkaji teknologi satelit langsung ke ponsel (NTN-D2D) seperti Starlink Direct-to-Cell untuk memperluas akses digital hingga ke wilayah terpencil.

Komdigi Kaji Teknologi Satelit Langsung ke HP, Mirip Konsep Starlink

Lufthi Anggraeni • 22 Oktober 2025 08:38
Jakarta: Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) tengah melakukan kajian mendalam terkait potensi penerapan teknologi satelit yang dapat terhubung langsung ke perangkat ponsel atau dikenal sebagai Non-Terrestrial Network Direct-to-Device (NTN-D2D).
 
Kajian ini dilakukan sebagai langkah awal menuju kebijakan baru yang memungkinkan konektivitas digital lebih merata hingga ke wilayah terpencil di Indonesia. Dalam dokumen konsultasi publik bertajuk Call for Information (CFI), Komdigi menyoroti penggunaan pita frekuensi 2 GHz untuk mendukung dua jenis teknologi strategis, yakni NTN-D2D dan Air-to-Ground (A2G).
 
Teknologi NTN-D2D memungkinkan ponsel terhubung langsung ke satelit tanpa perlu bergantung pada jaringan menara BTS, sementara A2G berfungsi untuk komunikasi antara pesawat dan jaringan darat.

Direktur Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Komdigi, Ahmad Ramli, menyatakan bahwa tujuan utama dari kajian ini adalah memperluas jangkauan layanan komunikasi, terutama di daerah 3T (terdepan, terluar, dan tertinggal).
 
“Indonesia memiliki tantangan geografis yang luar biasa. Dengan teknologi satelit langsung ke perangkat, kita dapat menghadirkan konektivitas bagi masyarakat di wilayah yang selama ini belum terjangkau sinyal seluler,” ujarnya.
 
Konsep ini serupa dengan layanan Direct-to-Cell yang dikembangkan oleh Starlink. Melalui sistem tersebut, pengguna dapat mengirim pesan, melakukan panggilan, atau mengakses internet langsung dari ponsel biasa tanpa perangkat tambahan khusus.
 
Jika diterapkan di Indonesia, teknologi ini berpotensi menjadi solusi bagi jutaan warga yang masih mengalami kesenjangan akses digital. Komdigi menjelaskan, kajian mengenai teknologi satelit langsung ke perangkat ini merupakan bagian dari pelaksanaan Rencana Strategis Komdigi 2025–2029, sejalan dengan arah kebijakan nasional dalam RPJMN 2025–2029 dan visi besar Indonesia Emas 2045.
 
Melalui pendekatan ini, pemerintah ingin memastikan seluruh wilayah nusantara, termasuk kepulauan kecil dan area perbatasan, memiliki akses komunikasi yang setara. Hal ini juga mendukung penguatan ekosistem ekonomi digital serta pelayanan publik berbasis konektivitas andal.
 
Dalam dokumen CFI itu, Komdigi menyebut bahwa dengan adanya teknologi seperti NTN-D2D, Indonesia dapat mempercepat transformasi digital nasional, meningkatkan pemerataan infrastruktur, serta memperkuat ketahanan komunikasi.
 
Kendati berpotensi besar, penerapan teknologi ini tidak lepas dari tantangan. Salah satu yang menjadi perhatian utama adalah pengaturan penggunaan frekuensi agar tidak mengganggu jaringan terestrial yang sudah ada.
 
Komdigi menegaskan, kajian ini masih dalam tahap awal dan pemerintah ingin memastikan bahwa semua aspek, dari regulasi, koordinasi internasional, hingga keamanan siber, dipertimbangkan secara matang.
 
Selain itu, Komdigi membuka ruang partisipasi bagi seluruh pemangku kepentingan, termasuk operator seluler, penyedia satelit, akademisi, dan publik, untuk memberikan masukan hingga batas waktu yang telah ditentukan dalam proses konsultasi publik.
 
Teknologi NTN-D2D juga berpotensi memberikan peluang bisnis baru bagi operator telekomunikasi di dalam negeri. Dengan kolaborasi antara operator darat dan penyedia layanan satelit, pengguna dapat menikmati jaringan lebih stabil di seluruh Indonesia, termasuk di laut dan udara.
 
Beberapa negara telah memulai uji coba serupa. Misalnya, Amerika Serikat dengan kerja sama antara T-Mobile dan Starlink, serta Jepang melalui operator KDDI yang menggandeng SpaceX. Indonesia kini mulai mempersiapkan diri untuk tidak tertinggal dalam adopsi teknologi tersebut.
 
Pakar telekomunikasi dari ITB Denny Setiawan menyebut langkah Komdigi ini menunjukkan kesiapan pemerintah menghadapi masa depan komunikasi yang semakin konvergen antara jaringan terestrial dan satelit. Selain itu, jika diterapkan dengan baik, Denny menilai manfaat sosial dan ekonominya akan sangat signifikan.
 
Ke depan, hasil dari kajian ini akan menjadi dasar bagi penyusunan peraturan teknis dan kebijakan yang lebih komprehensif. Pemerintah berharap regulasi yang dihasilkan mampu mendorong inovasi sekaligus melindungi kepentingan publik.
 
Dengan luasnya wilayah Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau, teknologi komunikasi langsung ke ponsel melalui satelit bisa menjadi lompatan besar dalam mewujudkan pemerataan digital. Komdigi menegaskan tujuan akhir untuk memastikan bahwa setiap warga negara tanpa keterbatasan lokasi memiliki kesempatan yang sama untuk terhubung dengan dunia digital.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(MMI)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan