Ilustrasi
Ilustrasi

Indonesia dan UEA Pimpin Tren Optimalisasi Rantai Pasok Berbasis AI

Mohamad Mamduh • 30 Desember 2025 12:12
Jakarta: Di tengah perlombaan global mengadopsi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI), Indonesia muncul sebagai salah satu pemimpin dalam penerapan teknologi ini untuk sektor logistik dan manufaktur.
 
Laporan terbaru dari Cloudera, The Future of Enterprise AI Agents, secara spesifik menyoroti Indonesia sebagai negara yang memprioritaskan optimalisasi rantai pasok berbasis AI, bersanding dengan Uni Emirat Arab (UEA).
 
Temuan ini merupakan bagian dari survei komprehensif terhadap 1.484 pemimpin TI perusahaan di 14 negara yang dirilis pada awal tahun 2025. Laporan tersebut mengungkapkan bahwa sementara negara-negara Barat mungkin lebih fokus pada deteksi penipuan keuangan atau layanan pelanggan ritel, responden di Indonesia menunjukkan fokus yang sangat kuat pada penggunaan Agen AI untuk memperkuat efisiensi operasional industri.

Sektor manufaktur menjadi pendorong utama tren ini. Laporan mencatat bahwa sekitar setengah (49%) dari organisasi manufaktur global kini sedang mengeksplorasi penggunaan Agen AI khusus untuk pengoptimalan rantai pasok (supply chain optimizers). Angka ini sedikit lebih tinggi dibandingkan penggunaan untuk otomatisasi proses (48%) maupun kontrol kualitas (47%).
 
Teknologi yang diadopsi ini bukan sekadar alat analisis pasif. Agen AI—atau Agentic AI—memiliki kemampuan otonom untuk memantau lini produksi guna mendeteksi cacat dan, yang lebih krusial, secara cerdas mengalihkan logistik rantai pasok ketika terjadi gangguan. Dalam konteks geografis Indonesia yang merupakan negara kepulauan dengan tantangan logistik yang unik, kemampuan AI untuk mengambil keputusan otonom saat terjadi disrupsi pengiriman menjadi nilai tambah yang sangat strategis.
 
Laporan Cloudera menegaskan bahwa Agen AI memiliki potensi besar untuk memicu tujuan Industri 4.0 yang berdampak langsung pada keuntungan perusahaan. Pergeseran ini menandai transisi dari sistem manajemen tradisional ke pengambilan keputusan otonom dalam produksi dan operasi.
 
Bagi pelaku industri di Indonesia, ini berarti sistem tidak hanya melaporkan bahwa stok menipis atau pengiriman terlambat, tetapi agen cerdas tersebut dapat langsung memesan ulang bahan baku atau mencari rute pengiriman alternatif secara real-time tanpa menunggu persetujuan manual yang memakan waktu.
 
Tahun 2025 disebut sebagai jendela waktu yang sangat penting bagi adopsi Agen AI, di mana banyak perusahaan bergerak dari tahap eksperimen ke eksekusi nyata. Dengan 96% perusahaan berencana memperluas penggunaan Agen AI mereka dalam 12 bulan ke depan, posisi Indonesia sebagai salah satu prioritas regional dalam optimalisasi rantai pasok menunjukkan kesiapan infrastruktur industri nasional untuk bersaing di panggung global yang semakin terotomatisasi.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MMI)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan