Laporan terbaru bertajuk Global AI Confessions Report: Data Leaders Edition yang dirilis oleh Dataiku mengungkap skala masalah ini. Berdasarkan survei terhadap ratusan pemimpin data di seluruh dunia, ditemukan fakta mengejutkan bahwa praktik "kucing-kucingan" ini bukan lagi insiden terisolasi, melainkan norma baru di tempat kerja.
Laporan tersebut mencatat bahwa 91% pemimpin data dan 94% CEO mencurigai bahwa karyawan mereka sudah menggunakan alat GenAI tanpa pemberitahuan atau izin resmi. Angka yang sangat tinggi ini menegaskan bahwa kebijakan pelarangan atau pembatasan ketat yang diterapkan perusahaan sering kali tidak efektif melawan keinginan karyawan untuk bekerja lebih cepat dan efisien menggunakan bantuan AI.
"Shadow AI bukan lagi fenomena tersembunyi, ini adalah kekhawatiran bersama di setiap tingkat," tulis laporan tersebut, menyoroti bahwa baik eksekutif puncak maupun manajer teknis sama-sama menyadari kebocoran tata kelola ini.
Risiko Keamanan yang Mengintai
Penggunaan AI tanpa pengawasan ini membuka celah keamanan yang serius. Ketika karyawan memasukkan data perusahaan ke dalam alat AI publik yang tidak terverifikasi, mereka berisiko mengekspos informasi sensitif. Laporan tersebut menyoroti bahwa lebih dari setengah pemimpin data (55%) takut agen AI dapat mengekspos data sensitif kepada pihak yang tidak berwenang.
Selain itu, 58% pemimpin percaya bahwa kode pemrograman yang dihasilkan oleh AI dapat menciptakan kerentanan keamanan yang tersembunyi. Di Amerika Serikat, kekhawatiran ini sangat mendalam, di mana 63% pemimpin data menyebut potensi eksposur data sensitif oleh agen AI sebagai "bencana yang menunggu terjadi". Shadow AI memperburuk risiko ini karena departemen TI tidak dapat mengamankan apa yang tidak mereka ketahui.
Tren Global: Barat Lebih Rentan?
Tingkat kecurigaan terhadap Shadow AI bervariasi di berbagai wilayah, namun tetap tinggi secara universal. Di Amerika Serikat, 88% pemimpin data mencurigai adanya Shadow AI di organisasi mereka, sementara angka kecurigaan di kalangan CEO melonjak hingga 98%. Situasi serupa terjadi di Inggris, di mana 96% pemimpin data mencurigai penggunaan AI tanpa izin , dan di Prancis angkanya mencapai 93%.
Menariknya, skala penggunaan diam-diam ini tampaknya lebih masif di negara-negara Barat. Sekitar 45% pemimpin data di AS dan 50% di Inggris mencurigai bahwa setidaknya separuh dari seluruh karyawan mereka menggunakan alat-alat ini tanpa izin. Sebaliknya, di wilayah Asia Pasifik (APAC), fenomena ini dianggap sedikit kurang meluas, dengan hanya satu dari lima pemimpin yang mencurigai penggunaan tak berizin dalam skala kecil.
Bom Waktu Tata Kelola
Temuan ini menjadi peringatan keras bagi perusahaan. Shadow AI menunjukkan adanya kesenjangan besar antara kebijakan perusahaan dan realitas operasional. Selama perusahaan gagal menyediakan alat AI yang aman dan disetujui secara resmi, karyawan akan terus mencari jalan pintas melalui jalur "bayangan". Tanpa transparansi dan kontrol yang lebih baik, organisasi mungkin sedang duduk di atas "bom waktu" keamanan data yang dipicu oleh tenaga kerja mereka sendiri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News