Ilustrasi
Ilustrasi

Peluang AIoT Hadirkan Perspektif Industri dan Riset Pertanian

Mohamad Mamduh • 13 Mei 2025 18:25
Jakarta: Pesatnya perkembangan teknologi Internet of Things (IoT) dan kecerdasan buatan (AI) telah membuka peluang di berbagai industri hingga sektor pertanian. Integrasi antara AI dan IoT yang dikenal sebagai Artificial Intelligence of Things (AIoT), menjadi kunci dalam menciptakan solusi cerdas, efisien, dan berkelanjutan.
 
Menjawab tantangan dan peluang tersebut, Organisasi Riset Elektronika dan Informatika (OREI) melalui Pusat Riset Telekomunikasi (PRT), Kelompok Riset Antena dan Propagasi mengkali strategi pemanfaatan AIoT untuk mempercepat transformasi digital lintas sektor dalam webinar bertajuk “Driving Digital Transformation with IoT (Innovation, Business, and Agriculture)” yang diselenggarakan pada Jumat 9 Mei 2025.  
 
Dalam sambutannya, Nasrulloh Armi, Kepala Pusat Riset Telekomunikasi menekankan urgensi pembahasan topik ini. Menurutnya, perkembangan IoT telah melahirkan peluang dan model bisnis baru yang membutuhkan pemahaman mendalam, mulai dari studi kasus pemanfaatan AIoT di sektor pertanian, tantangan teknis dalam integrasi AI dan IoT, hingga peran vital telekomunikasi sebagai tulang punggung transformasi digital.

“Teknologi bukan sekadar alat, tetapi jembatan menuju masa depan yang lebih cerdas dan berkelanjutan,” tegas Nasrulloh. Ia berharap diskusi yang digelar dapat menginspirasi peserta untuk mengembangkan inovasi berbasis AIoT, sekaligus menjembatani kolaborasi antara dunia riset, industri, dan implementasi di masyarakat. Dengan demikian, Indonesia dapat memperkuat peran strategisnya dalam pengembangan teknologi telekomunikasi dan IoT ke depan.
 
Paparan berikutnya disampaikan oleh Novi Arian, praktisi IoT dari XL Smart, yang mengangkat dinamika terbaru dunia telekomunikasi di tengah dominasi layanan Over the Top (OTT) seperti aplikasi pesan instan dan platform streaming. Ia menyoroti bahwa penyedia layanan telekomunikasi (telko) kini harus bertransformasi—tidak hanya menyediakan infrastruktur jaringan, tetapi juga menghadirkan solusi terpadu lintas sektor.
 
“Data dan jaringan dibuat oleh telko, tapi pendapatan justru lebih banyak diambil oleh OTT. Ini mendorong telko untuk berinovasi dan memperkuat riset. Telko dan OTT pun, meski bersaing, sebenarnya saling membutuhkan,” ungkapnya.
 
Selain itu, Novi juga menyoroti tantangan adopsi teknologi 5G di Indonesia, yang dinilainya masih terhambat oleh kendala regulasi dan biaya. Padahal, teknologi ini sangat relevan untuk mendukung implementasi IoT berskala besar, misalnya pada kendaraan tambang tanpa pengemudi yang memerlukan jaringan privat dengan kecepatan tinggi dan latensi rendah.
 
Lebih lanjut, Novi memaparkan strategi XL Smart dalam mengembangkan solusi berbasis AIoT. Dengan dukungan laboratorium IoT terbesar di Asia Tenggara, perusahaannya aktif berkolaborasi dengan peneliti, perguruan tinggi, startup, dan pemerintah daerah untuk menciptakan solusi berbasis visual computing yang adaptif dan aplikatif.
 
“Teknologi sejatinya diciptakan untuk kemanusiaan, agar produktivitas meningkat dan setiap orang punya hak untuk maju secara ekonomi,” tambah Novi.
 
Sementara itu, Rizky Rahmatullah, periset BRIN yang saat ini menempuh studi magister di Beijing Institute of Technology, memaparkan risetnya berjudul “Transformation of the Agricultural Sector through AIoT Integration: Enhancing Efficiency and Sustainability in the Digital Era.” Rizky menyoroti tantangan besar yang dihadapi sektor pertanian nasional, termasuk terus menurunnya minat generasi muda untuk menjadi petani.
 
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah petani di Indonesia mengalami penurunan sebesar 7,45% dalam satu dekade terakhir. Beberapa faktor penyebabnya antara lain waktu kerja yang panjang, risiko gagal panen, serta keterbatasan akses terhadap data lingkungan yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan.
 
Menanggapi persoalan tersebut, Rizky mengembangkan sistem berbasis AIoT yang dapat membantu petani dalam pengambilan keputusan secara tepat dan efisien dengan berbasis data. Sistem ini mampu memantau suhu air, kelembapan udara, curah hujan, serta dilengkapi kendali otomatis seperti pemberian vitamin dan pengaturan pencahayaan. Tak hanya itu, teknologi tersebut juga memiliki sistem peringatan dini (alert) serta menggunakan sumber daya listrik mandiri untuk operasionalnya.
 
Dengan inovasi ini, Rizky berharap teknologi AIoT dapat meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan kemandirian petani dalam mengelola lahan serta hasil panennya.
 
Secara keseluruhan, diskusi ini menjadi platform strategis dalam mempertemukan para inovator, peneliti, dan pelaku industri untuk mendorong pemanfaatan AIoT secara luas di Indonesia. Melalui sinergi antara riset, teknologi, dan kebutuhan masyarakat, transformasi digital bukan lagi sekadar narasi, melainkan kenyataan yang dapat diwujudkan bersama.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MMI)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan