Mengusung tema "Powering Bali's Sustainable Future with Net-Zero Buildings", forum ini menjadi platform krusial bagi kolaborasi lintas sektor dalam mengakselerasi adopsi solusi berkelanjutan di sektor bangunan dan hunian, menjadikannya efisien, rendah emisi, serta selaras dengan target Net Zero Emission (NZE) Indonesia 2060 dan Bali Net Zero Emission 2045.
Innovation Day Bali 2025 menyoroti peran strategis Bali sebagai katalis penting dalam pembangunan rendah karbon di Indonesia. Dengan pertumbuhan properti dan sektor hospitality yang pesat, Bali menghadapi tantangan konsumsi energi yang tinggi.
Data menunjukkan, hotel bintang lima di Bali memiliki rata-rata konsumsi 183 kWh per kamar per hari, lebih tinggi dibandingkan Jakarta dan Yogyakarta. Kondisi ini menegaskan urgensi pengelolaan energi yang efisien dan berkelanjutan untuk mencapai target NZE.
Dalam kesempatan ini, Fajar Santoso Hutahaean S.T., M.S.E., Kepala Balai Teknik Sains Bangunan, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum, menggarisbawahi pentingnya penerapan Bangunan Gedung Hijau (BGH) dan Bangunan Gedung Cerdas (BGC) sebagai fondasi pembangunan yang efisien, aman, dan berkelanjutan.
"Sektor bangunan dan hunian memegang peran besar dalam konsumsi energi sekaligus potensi pengurangan emisi," ujarnya. Regulasi seperti Permen PUPR No. 21/2021 dan Permen PUPR No. 10/2023 menjadi panduan nasional dalam mendorong pembangunan rendah karbon.
Martin Setiawan, President Director Schneider Electric Indonesia & Timor Leste, menegaskan komitmen perusahaannya. "Transformasi menuju bangunan dan hunian berkelanjutan hanya dapat tercapai jika pemerintah, industri, dan masyarakat bergerak bersama. Innovation Day Bali menjadi bukti bagaimana solusi digital dan kerjasama lintas sektor dapat mempercepat terciptanya bangunan dan hunian yang efisien, aman, dan rendah karbon," jelasnya.
Forum ini juga menghadirkan diskusi panel mendalam. Sesi "Transformasi Hijau di Sektor Hospitality: Dari Operasi Cerdas Menuju Keberlanjutan" membahas bagaimana sektor perhotelan dapat menjadi pionir pariwisata berkelanjutan, dengan kehadiran Azhar Pangarso Laksono S.T., M.Eng.S.C dari Kementerian PUPR, Ir. Achmad Sutowo Sutopo dari Himpunan Ahli Elektro Indonesia (HAEI), dan Alex Wiwoho dari Raffles Jakarta.
Ir. Achmad Sutowo Sutopo menekankan pentingnya kesiapan sumber daya manusia yang kompeten di samping kecanggihan teknologi. Isu keselamatan ketenagalistrikan di sektor residensial juga menjadi fokus utama dalam sesi "Perencanaan Kelistrikan yang Aman untuk Hunian Berkelanjutan".
Mengingat insiden kebakaran akibat korsleting listrik di Bali, diskusi ini menyoroti pentingnya integrasi sistem kelistrikan yang aman, pemanfaatan teknologi efisiensi energi, dan desain yang memenuhi standar. Ir. Hanat Hamidi, Koordinator Standardisasi Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, menekankan perlunya penggunaan produk listrik ber-SNI dan pemasangan instalasi listrik sesuai PUIL 2020, termasuk penerapan Gawai Proteksi Arus Sisa (GPAS) seperti RCCB dan RCBO.
Pada acara ini, Schneider Electric meluncurkan dua inovasi terbarunya: Vivace E, rangkaian saklar dan stopkontak modern dengan desain tanpa bingkai, serta EcoStruxure™ Building Operation 7.0, platform manajemen gedung terintegrasi dengan keamanan siber yang kuat.
Berbagai solusi unggulan lainnya, seperti EcoStruxure Building Operation, Guest Room Management Solutions, dan RCCB Domae, juga dipamerkan dalam area Innovation Hub, menunjukkan komitmen Schneider Electric untuk menghadirkan teknologi yang modern dan relevan guna mendukung bangunan dan hunian berkelanjutan di Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News