TikTok.
TikTok.

Keras! ByteDance Pilih Tutup TikTok di AS Ketimbang Dijual

Cahyandaru Kuncorojati • 28 April 2024 11:29
Jakarta: Setelah beberapa hari lalu Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, mengesahkan undang-undang yang memaksa TikTok dijual (divestasi) oleh ByteDance atau memilih diblokir alias ditutup kini induk dari TikTok sudah merespon.
 
Kabar yang beredar menyebut ByteDance memilih untuk tidak menjual kepemilikan TikTok alias mending ditutup atau diblokir. Meskipun begitu mereka mengaku akan tetap mengajukan protes lewat gugatan hukum di pengadilan dengan harapan undang-undangan tersebut dianggap gugur.
 
Kemampuan algoritma dari TikTok disebut sebagai ‘senjata’ dari media sosial tersebut sehingga rumor yang beredar sempat menyebut ByteDance akan menjual sebagaian besar saham TikTok tapi tidak dengan fitur atau kemampuan algoritma yang dimiliki.

Namun kabar terbaru menyebut ByteDance sama sekali tidak mau menjual TikTok, mereka membantah rumor tersebut, dikutip dari GSM Arena. Menurut penelusuran Reuter yang dirangkum dari GSM Arena disebut bahwa TikTok tidak begitu berkontribusi besar bagi ByteDance.
 
Efeknya, ByteDance disebut tidak ragu untuk menutup TikTok di AS jika terpaksa dibandingkan menjualnya kepada perusahaan lokal Amerika. Laporan dari The New York Times pernah menyebut pengguna TikTok lebih besar dari Douyin, aplikasi serupa ByteDance yang tersedia di Tiongkok.
 
Namun di sisi lain, Douyin diklaim lebih menguntungkan bagi pendapatan ByteDance dibandingkan TikTok. Bisnis iklan dan lainnya dari platform Douyin sudah jauh lebih besar dan mature dibandingkan TikTok.
 
Laporan New York Times terbaru menyebut bahwa 80 persen pendapatan ByteDance yang mencapai USD54 miliar pada paruh pertama tahun lalu berasal dari Tiongkok lewat aplikasi Douyin. Sisanya yaitu 20 persen dari pasar internasional lewat aplikasi TikTok.
 
CEO TikTok, Shou Zi Chew di media sosialnya menyatakan akan menggugat ke pengadilan untuk membatalkan undang-undang yang disahkan Presiden AS. Dia menyebut bahwa ditutupnya TikTok akan mengancam kebebasan berekspresi di negara tersebut yang diklaim digunakan oleh sekitar 170 juta warga negara AS.
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MMI)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan