Bank yang menjadi korban dari tindak kejahatan tersebut memang tidak mengetahui bahwa mereka telah diserang. Hal tersebutlah yang membuat kerugian membengkak, bahkan para ahli menganggap serangan ini sebagai serangan siber paling merugikan sepanjang masa.
Modus yang digunakan pelaku adalah menyusupkan malware ke dalam sistem bank dan merekam seluruh aktivitas pada bank tersebut. Setelah si pelaku mengetahui bagaimana pegawai bank melakukan transaksi sehari-harinya, ia kemudian menyusup ke dalam sistem dan berpura-pura sebagai salah satu karyawan bank. Sang pelaku kemudian melakukan berbagai transaksi layaknya pegawai bank.
The New York Times mengatakan, sebagian besar bank yang jadi korban berasal dari Rusia, namun malware tersebut telah menyebar ke berbagai bank lainnya hingga ke mancanegara. Hingga saat ini, berbagai penyedia informasi finansial dan pusat analisis telah memperingatkan berbagai bank untuk memeriksa ulang sistemnya. (The Verge)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News