AWS memberikan dukungan solusi teknologi bagi platform Simak Online yang dibangun oleh Rizki Amanda sebagai CEO. Simak yang merupakan akronim dari Sistem Informasi Akademik Sekolah diklaim menyediakan solusi administrasi digital terpadu untuk sekolah.
Tidak hanya administrasi sekolah, platform ini juga menyediakan modul terintegrasi yang bisa diakses oleh multiuser. Simak Online bisa diakses oleh murid, guru, dan orangtua atau wali murid. Jadi sistem pendidikan tetap bisa berjalan meskipun harus tetap mematuhi imbauan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar).
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Guru bisa memanfaatkan platform ini untuk memudahkan penyusunan rencana pengajaran hingga analisis cepat untuk hasil penilaian murid. Murid dan orangtua atau wali murid bisa memantau nilai dan prestasi yang berguna untuk evaluasi.
Murid juga bisa mengakses perpustakaan online, mengerjakan PR dan mengikuti ulangan online, hingga membuat forum bersama sesama siswa dan guru untuk tujuan penyelesaian tugas-tugas sekolah. Simak Online juga menyediakan fitur untuk pelaksanaan ujian secara online bersama-sama.
Rizki menjelaskan, untuk mendapatkan solusi yang efektif, Simak Online menggunakan AWS Cloud EC2 sebagai server dan AWS Aurora untuk database. Untuk data storage, Simak Online menggunakan AWS S3.
"Kelebihan AWS Cloud adalah memiliki kemampuan auto scaling. Ini sangat membantu karena kami tidak perlu harus duduk melakukan pantauan secara terus-menerus di depan komputer,” ujar Rizki.
"Ketika memasuki masa pandemi, intensitas pemanfaatan Simak Online meningkat drastis. Kami beruntung karena telah mendayagunakan AWS Cloud sebagai solusi untuk menjawab isu skalabilitas dan fleksibilitas pengembangan kapasitas yang pernah menjadi kendala bagi kami," imbuhnya.
Platform Simak Online saat ini memang masih difokuskan di Jakarta, tapi sudah ada 510 sekolah yang terdiri dari 410 sekolah tingkat menengah pertama negeri dan 100 sekolah swasta yang menjadi anggota.
Rizki mengakui bahwa Simak Onlien sempat down pada saat 117 SMA mengadakan ujian serentak. Akibatnya, mereka hanya bisa meneydiakan layanan secara optimal untuk 50 sekolah saja saat masih mengandalkan infrastuktur teknologi fisik.
Dia juga mengakui bahwa biaya pengadaan dan perawatan sercer fisik cukup besar dibandingkan cloud server yang kebutuhan dan penggunaannya bisa disesuaikan dengan cepat mengikuti kondisi yang berlangsung.
"Server fisik biayanya 10 kali lipat. Bagi kami, ini merupakan solusi ideal yang andal sehingga seluruh kebutuhan sekolah dapat kami penuhi dengan mulus tanpa khawatir adanya hambatan pada kapasitas server lagi," tutur Rizki.