Namun, tim peneliti menyebutkan bahwa ini adalah satu langkah maju untuk menciptakan sumber energi baru yang lebih terjangkau dan lebih ramah lingkungan.
Para peneliti menyebutkan, dalam waktu lima sampai sepuluh tahun ke depan, baterai proton dapat bersaing dengan baterai lithium-ion yang kini ada di pasar, lapor Digital Trends.
"Baterai lithium-ion memang berfungsi baik, tapi ia memerlukan bahan yang mahal dan jarang ditemukan," kata peneliti utama, John Andrews. "Teknologi hidro juga baik, tapi harganya mungkin sangat mahal."
Dalam pemberitaan RMIT University, Andews berkata bahwa kebutuhan akan energi di dunia terus naik. Dia percaya, baterai proton memiliki potensial untuk mengatasi masalah tersebut. Tidak tertutup kemungkinan, baterai proton bisa digunakan untuk menggantikan baterai lithium-ion.
"Baterai proton adalah salah satu kontributor potensial untuk memecahkan masalah tentang tingginya tuntutan akan penyimpanan energi," kata Andrews.
"Membuat baterai proton berpotensi menjadi lebih ekonomis daripada menggunakan lithium-ion, yang dibuat dari bahan yang jarang ditemukan.
"Karbon, yang merupakan bahan utama dalam baterai proton kami, ada dalam jumlah banyak dan relatif murah jika dibandingkan dengan metal campuran pada penyimpanan hydrogen dan lithium yang digunakan pada baterai lithium ion."
Keuntungan lain dari baterai proton adalah karbon yang ia ciptakan tidak dibakar atau keluar sebagai asap. Hal ini menjadikan baterai proton lebih ramah lingkungan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News