Hal ini disampaikan oleh Ketua LAPAN, Thomas Djamaluddin, saat konferensi pers terkait satelit mikro LAPAN-A2 di Rawamangun, Jakarta Timur, Senin (23/11/2015). “Cita-cita itu semakin nyata ketika kita berhasil meluncurkan satelit Palapa,” jelas Thomas.
Wujud berikutnya dari cita-cita itu adalah LAPAN-A1. Satelit mikro yang pembuatannya dipimpin oleh professor dari Jerman, tetapi semua teknisinya adalah orang Indonesia. Menciptakan satelit mandiri memang tidak mudah dan murah. Mereka juga berencana untuk membuat satelit dengan ukuran dan kebutuhan yang lebih luas, termasuk satelit telekomunikasi.
LAPAN pada awalnya mengirimkan berbagai teknisi mereka ke Jerman untuk belajar sekaligus menggarap satelit, termasuk pembuatan LAPAN-A1. Satelit mikro kedua LAPAN-A2 dibuat di Bogor, Jawa Barat, yang sebagian materialnya masih berasal dari luar negeri. LAPAN mengatakan perlahan-lahan mereka akan membuat komponennya sendiri.
Untuk pembuatannya, satelit mikro LAPAN-A2 memakan dana sekitar Rp40 miliar, ditambah dengan biaya peluncuran Rp 7 miliar. Lanjut Thomas, LAPAN-A2 menjadi sebuah kemandirian Indonesia dalam mengembangkan teknologi antariksa.
Pengembangan teknologi ini sulit, termasuk penyediaan fasilitas lab mandiri, yang tidak akan bergantung dengan luar negeri. Namun, secara kemampuan, para teknisi Indonesia bisa dibilang sangat sanggup dalam menggarap teknologi antariksa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id