AS AS gunakan HoloLens untuk latihan. (US Army)
AS AS gunakan HoloLens untuk latihan. (US Army)

Tentara AS Gunakan HoloLens, Layaknya Call of Duty

Ellavie Ichlasa Amalia • 08 April 2019 15:17
Jakarta: Angkatan Darat Amerika Serikat ingin menggunakan HoloLens untuk para tentaranya. Untuk menunjukkan cara kerjanya, mereka mendemonstrasikan Integrated Visual Augmentation System (IVAS) pada CNBC.
 
Angkatan Darat AS menggunakan HoloLens 2 yang telah dimodifikasi untuk membantu para tentara berlatih serta memberikan informasi dalam pertarungan. Wartawan CNBC menyebutkan, IVAS ini terasa seperti Call of Duty yang sebenarnya.
 
Melalui headset AR buatan Microsoft, Anda akan bisa melihat posisi Anda di peta, kompas, dan reticle senapan, menurut laporan Engadget. Fitur thermal imaging memungkinkan Anda melihat dalam gelap tanpa perlu khawatir tentang cahaya yang dipancarkan oleh headset night vision

Saat latihan, IVAS juga bisa digunakan untuk meningkatkan performa pengguna, seperti pandangan. Para instruktor bisa membantu pengguna untuk memperbaiki bidikan mereka atau menjelaskan tentang teknik tertentu. 
 
Saat ini, ukuran HoloLens 2 terlalu besar untuk bisa diintegrasikan dengan helm tentara. Namun, dalam waktu enam bulan, ukuran HoloLens diharapkan akan bisa diperkecil sehingga ia hanya terlihat seperti kacamata. Mengingat banyaknya komponen pada HoloLens, kemungkinan, akan ada komponen yang dipasang pada tubuh para tentara. 
 
Pada 2022 dan 2023, diperkirakan akan ada "ribuan" tentara yang menggunakan HoloLens, menurut Under Secretary of the Army, Ryan McCarthy. Pada 2028, jumlah tentara yang menggunakan IVAS juga akan terus bertambah. 
 
Tujuan Angkatan Darat menunjukkan demonstrasi ini adalah untuk menghilangkan kekhawatiran bahwa teknologi HoloLens akan digunakan sebagai alat pembunuh. McCarthy menganggap, penggunaan HoloLens untuk membuat tentara semakin sadar akan keadaan sekitar justru bisa membantu mereka meminimalisir korban warga sipil. 
 
Microsoft mendapatkan kontrak HoloLens dengan Angkatan Darat AS senilai USD479 juta (Rp6,8 triliun). Para pekerja Microsoft memprotes keputusan perusahaan untuk menerima kontrak itu.
 
Selain itu, ada juga pihak lain yang mengkritik keputusan Microsoft, terutama karena Microsoft ikut serta dalam proyek militer tanpa masukan dari siapapun. 
 
Namun, kemungkinan, Microsoft akan tetap berkeras untuk menjalankan kontrak mereka dengan Angkata Darat AS. 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MMI)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan