Menurut Forbes, kerjasama ini menjadi indikasi kemunculan kembali Nokia di pasar perangkat komunikasi. Hal ini juga dinilai menghadirkan keuntungan bagi Nokia, terkait dengan penggunaan merek dan properti intelektualnya.
Sementara itu, didukung dengan pengalamannya bekerja sama dengan banyak partner dan pengetahuannya akan desain smartphone modern, kerja sama ini menjadi kesempatan bagi Foxconn untuk tampil lebih dari sekedar produsen perangkat.
Kerja sama ini juga memungkinkannya masuk ke ranah ritel melalui perangkat yang menawarkan keuntungan lebih, baik untuk Foxconn maupun Nokia.
Hingga saat ini, Foxconn telah menciptakan perangkat komunikasi di berbagai segmen harga. Untuk kerja samanya dengan Nokia, Forbes menyarankan Foxconn untuk menghadirkan perangkat dengan kisaran harga mid dan high-end setara dengan HTC dan Xiaomi, dan tidak menyamai Samsung Galaxy S7 atau iPhone 7 Pro.
Selain itu, menghadirkan perangkat dengan kisaran harga USD300 dapat mempermudah Foxconn dan Nokia dalam mencari peluang kerja sama dengan operator untuk program bundling. Kisaran harga ini juga dinilai tidak memberatkan dan akan mampu menarik minat pembeli.
Foxconn juga dapat memanfaatkan nama besar Nokia di pasar Brasil, Rusia, India dan China (BRIC), yang lebih memudahkan untuk menjadikan perangkat buatannya menjadi salah satu dari sepuluh handset terbaik di tahun mendatang.
Kembali memasuki ranah perangkat komunikasi melalui perangkat tunggal dengan jeda yang tidak terlalu cepat ataupun terlalu lama, juga dinilai memungkinkan kedua perusahaan ini untuk terfokus pada kampanye dan proses pemasaran perangkat tersebut.
Kombinasi pengalaman Foxconn dan nama besar Nokia dinilai mampu menjadi faktor pendukung utama kesuksesannya di industri ini. Kerja sama antara keduanya dimungkinkan setelah Microsoft melepas lisensi merek Nokia, untuk terfokus pada perangkat karyanya, Surface.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News