Foto: CTI Group
Foto: CTI Group

Kaji Peluang Hilirisasi Digital di Gathering GCC 2024

Mohamad Mamduh • 18 Oktober 2024 09:02
Jakarta: Di tengah optimisme pelaku bisnis menyambut pemerintahan baru, salah satu program yang paling banyak ditunggu realisasinya, terutama oleh para pelaku industri IT adalah program Hilirisasi Digital.
 
Menyadari pentingnya peran penyedia solusi IT dalam mendukung pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia, PT Computrade Technology International (CTI Group) menyelenggarakan gathering tahunan untuk para eksekutif dari mitra bisnisnya yakni pelaku usaha dibidang teknologi yang tergabung dalam komunitas Golden Circle Club (GCC) di Park Hyatt, Jakarta 10 Oktober lalu.
 
Pertemuan ini membahas peluang dan tantangan yang dihadapi dalam implementasi Hilirisasi Digital serta menggali peran strategis penyedia solusi IT dalam mewujudkan transformasi digital yang inklusif.

Mengusung tema “Hilirisasi Digital: Peluang Bisnis & Strategi Pengembangan Teknologi Indonesia”,GCC tahun ini dihadiri oleh berbagai pembicara ahli: Dr. Aviliani SE, M.Si, Senior Ekonom INDEF, Zulfadly Syam, Sekretaris Umum APJII dan Ir. Soegiharto Santoso, S.H., Pendiri & Ketua Umum APTIKNAS. 
 
“Kami melihat program Hilirisasi Digital menjadi inisiatif baik dalam memperkuat ekosistem digital di Indonesia. Sebagai penyedia solusi infrastruktur IT, kami siap berkolaborasi dengan mitra-mitra strategis kami untuk mendukung implementasi Hilirisasi Digital, memastikan bahwa transformasi digital di Indonesia berjalan secara inklusif dan berkelanjutan. Kami percaya bahwa keberhasilan program ini akan menjadi fondasi bagi pertumbuhan ekonomi digital yang lebih kuat di masa depan” ujar Rachmat Gunawan, CEO CTI Group.
 
Ekonom senior, Aviliani membuka diskusi dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah pergantian pemerintahan, dengan optimisme bahwa Indonesia akan mencapai pertumbuhan sebesar 5% pada tahun 2025. Namun, Aviliani juga mengingatkan adanya tantangan signifikan terkait utang negara.
 
“Indonesia sedang memasuki Debt Fatigue Era, dengan pembayaran cicilan utang (pokok dan bunga) mencapai sekitar 30% dari pendapatan negara. Rasio utang terhadap PDB diproyeksikan akan mencapai 50%, sementara rasio pajak menurun, sehingga menimbulkan tantangan fiskal yang signifikan,” jelas Aviliani.
 
Selain itu, Aviliani juga menyoroti kelemahan dalam kesiapan sumber daya manusia (SDM) Indonesia, yang tercermin dari skor Programme for International Student Assessment (PISA) di bawah rata-rata Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD). Hal ini, menurutnya, harus menjadi fokus utama untuk memastikan masyarakat Indonesia dapat mengikuti perkembangan transformasi digital.
 
Bagi industri IT, ini membuka potensi untuk meningkatkan ekonomi digital. Ekosistem digital Indonesia menunjukkan potensi yang menjanjikan, dengan pertumbuhan yang signifikan di industri e-commerce, transportasi online, travel online, dan media. Namun, investasi AI per kapita masih rendah dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya, yang mengindikasikan adanya ruang untuk pertumbuhan.
 
Terdapat dorongan untuk mengembangkan Ekosistem Logistik Nasional (National Logistic Ecosystem/NLE) untuk mengurangi biaya logistik yang saat ini masih tinggi. Hal ini melibatkan pemanfaatan teknologi digital untuk meningkatkan efisiensi.
 
“Digitalisasi harus dipandang bukan sebagai sektor, tetapi menjadi alat yang mendorong akselerasi semua sektor dalam perekonomian” tambah Aviliani.  
 
Hilirisasi Digital digadang pemerintahan baru sebagai salah satu program utama untuk sektor IT dan program ini memiliki dua tujuan utama. Pertama memperkuat infrastruktur digital, mulai dari jaringan internet yang lebih luas hingga membangun industri perangkat digital dalam negeri.
 
Kedua, hilirisasi digital bertujuan mendigitalisasi rantai pasok industri strategis secara signifikan akan meningkatkan nilai perekonomian di Indonesia. 
 
Di sesi panel diskusi, Zulfadly menekankan pentingnya infrastruktur digital, terutama pemerataan akses internet, sebagai fondasi utama Hilirisasi Digital. Ia menyebutkan bahwa penetrasi internet di Indonesia kini telah mencapai 79,5%, dengan sekitar 221 juta penduduk yang sudah terhubung.
 
Aviliani menilai bahwa sektor-sektor seperti pertanian, manufaktur, dan pariwisata memiliki potensi besar untuk memperluas digitalisasi. “Sektor-sektor ini membutuhkan ekosistem digital yang end-toend untuk memperkuat daya saingnya,” jelasnya.
 
Aviliani juga menekankan bahwa realisasi program Hilirisasi Digital tidak bisa tercapai tanpa dukungan kebijakan yang jelas dan strategis. “Hilirisasi Digital memerlukan regulasi yang keep up dengan perkembangan teknologi. Jangan sampai industri telah melakukan investasi besar, tapi regulasi tertinggal” tambahnya.
 
Selain itu, Zulfadly menekankan bahwa roadmap Hilirisasi Digital harus melibatkan semua pihak, tidak hanya dari sektor swasta. “Pemerintah dan sektor swasta harus bergerak bersama. Kita tidak bisa membiarkan hanya sektor swasta yang bergerak maju sementara banyak daerah di Indonesia masih berada dalam blindspot digital,” lanjutnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MMI)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan