“Sebenarnya, semua barang yang memiliki value (nilai) dan history (sejarah) itu bisa kita tokenisasi. Tapi, kalau gambar makanan atau data informasi itu, kan, tidak ada story dan tidak ada faedahnya,” ujar Ketua Umum (Ketum) Asosiasi Pedagang Aset Kripto Indonesia (Aspakrindo), Teguh Kurniawan Harmanda, dalam program Metro Siang di Metro TV, Senin, 17 Januari 2022.
Selain gambar dan grafis, kreator juga bisa menjual musik atau potongan video. Hal yang terpenting adalah barang-barang tersebut sepatutnya memiliki story telling yang menarik. Dengan demikian, nilai NFT-nya pun akan melambung tinggi.
“Dalam kasusnya Mas Ghozali ini, dia konsisten mengunggah swafotonya sejak 2017. Story telling di balik foto-foto itulah yang membuat orang-orang tertarik untuk membelinya,” jelas Teguh.
Melalui NFT, kreator di Indonesia berkesempatan untuk menjual karyanya dengan lebih mudah. Tak menutup kemungkinan pula bahwa nantinya mereka akan semakin dikenal luas oleh banyak orang sehingga menjadi sejajar dengan kreator ternama lainnya.
Teguh menilai, fenomena Ghozali yang tengah menjadi buah bibir ini merupakan suatu hal yang positif. Sebab, kini masyarakat Indonesia mulai menyadari peluang NFT dan mempelajarinya. Mulai dari seluk-beluk NFT itu sendiri, hingga cara menggunakannya agar dapat meraup keuntungan. (Nurisma Rahmatika)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News