Penggabungan ini, bagaimanapun, membuka celah keamanan siber yang hanya dapat diatasi dengan pertahanan yang lebih cerdas dan berlapis.
Pasar konvergensi TI/OT di Asia Pasifik saat ini bernilai USD13,41 miliar dan diproyeksikan melonjak menjadi USD62,17 miliar pada tahun 2030, dengan Tingkat Pertumbuhan Tahunan Gabungan (CAGR) sebesar 24,5%.
Transformasi digital global telah dipimpin oleh APAC, dengan industri yang merangkul otomatisasi, data real-time, dan infrastruktur yang terhubung. Ini menjadikan integrasi sistem TI dan OT penting untuk peningkatan efisiensi dan hasil bisnis.
Namun, konvergensi ini juga membawa risiko keamanan siber baru yang signifikan. "Menurut data Kaspersky Industrial Control Systems (ICS)-CERT terbaru, subwilayah utama komputer ICS di APAC terus menghadapi rentetan serangan siber," ujar Adrian Hia, Managing Director untuk Asia Pasifik di Kaspersky.
Pada kuartal pertama tahun 2025, Asia Tenggara berada di peringkat kedua, Asia Tengah di peringkat ketiga, dan Asia Selatan di peringkat keenam secara global dalam persentase komputer ICS yang diblokir objek berbahaya.
Secara keseluruhan, persentase komputer ICS yang diblokir objek berbahaya di Asia Pasifik mencapai 23% pada Q2 2025, hampir 3% lebih tinggi dari rata-rata global 20,54%. Gelombang baru phishing yang melibatkan spyware seperti FormBook, AgentTesla, dan Noon juga diblokir di komputer ICS sektor minyak dan gas di APAC pada Q2 2025.
Data Kaspersky ICS CERT juga menunjukkan bahwa Asia Pasifik merupakan salah satu wilayah teratas dalam persentase virus yang terdeteksi, 2-3 kali lebih tinggi dibandingkan rata-rata dunia. Virus ini, meskipun sering dianggap ancaman lama, dapat menyebabkan gangguan operasional dan meningkatkan biaya pemeliharaan.
Industri yang paling terdampak ancaman virus pada Q2 2025 di Asia Pasifik meliputi energi listrik, otomatisasi gedung, minyak & gas, manufaktur, serta rekayasa dan integrasi ICS. Negara-negara yang paling terdampak dalam serangan virus pada komputer ICS pada Q2 2025 adalah Vietnam, Afghanistan, Tiongkok, Bangladesh, Pakistan, Myanmar, Laos, Kamboja, Indonesia, dan Nepal.
Untuk merespons meningkatnya ancaman ini, Kaspersky mendorong penerapan kerangka kerja keamanan siber berlapis dengan Pusat Operasi Keamanan (SOC) yang lebih cerdas sebagai intinya.
Kerangka kerja ini dimulai dengan pencegahan, diikuti oleh perlindungan canggih melalui platform seperti EDR, MDR, dan XDR yang mendukung lingkungan TI dan OT. Respons insiden yang cepat juga krusial, dengan organisasi di APAC yang semakin mengandalkan layanan ahli untuk meminimalkan kerusakan.
"Untuk benar-benar melindungi penggabungan TI dan OT, semua lapisan ini harus dihubungkan melalui Pusat Operasi Keamanan (SOC) terpusat dan berbasis intelijen yang terintegrasi dengan SIEM dan intelijen ancaman real-time," jelas Hia. Sistem ini menyediakan visibilitas dan koordinasi real-time, memungkinkan tim keamanan memantau ancaman di seluruh lingkungan TI dan OT.
Kaspersky merekomendasikan penilaian keamanan sistem OT secara berkala, pembaruan tepat waktu untuk komponen jaringan OT, peningkatan keterampilan tim dalam pencegahan dan respons insiden, penggunaan solusi khusus seperti Kaspersky Industrial Cybersecurity (KICS), dan solusi komprehensif seperti Kaspersky Next XDR Expert.
Membangun SOC terpadu dengan visibilitas di seluruh sistem TI dan OT, termasuk solusi SIEM dan threat intelligence, juga sangat penting.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id