Apple misalnya, memberikan dukungan pada pegawainya dan juga berusaha untuk "menghubungi" Gedung Putih untuk membahas tentang "efek negatif" dari larangan imigrasi ini. Sementara Microsoft berkata, mereka menyediakan dukungan hukum untuk para pekerjanya.
Uber, menurut laporan Engadget, sedang membahas tentang solusi yang sangat spesifik. Dalam sebuah post Facebook, CEO Uber, Travis Kalanick menyatakan bahwa perusahaannya akan mencari tahu pengendara yang terpengaruh oleh peraturan ini dan "memberikan kompensasi pro bono" selama 3 bulan ke depan.
Dengan begitu, para pengendara Uber tidak perlu lagi khawatir tentang bagaimana mereka "mencari makan", kata Kalanick. Beberapa hari ke depan, perusahaan layanan transportasi berbasis aplikasi ini juga akan memberikan informasi lain.
Selain alasan praktis, para perusahaan teknologi juga melawan larangan imigrasi ini atas dasar moral. CEO Apple Tim Cook mengingatkan pada pegawainya bahwa "keragaman membuat kita lebih kuat" dan perusahaan tidak akan ada tanpa adanya imigran, mengingat Steve Jobs adalah anak dari imigran asal Suriah.
CEO Netflix Reed Hastings mencela keputusan ini dan menyebutnya "tidak Amerika". Dia merasa, peraturan ini justru akan menyebabkan kebencian pada Amerika. Bos Twitter, Jack Dorsey berkata bahwa efek finansial dan moral dari peraturan baru ini "nyata dan membuat masyarakat marah."
Mozilla juga berkeras bahwa hal ini akan menciptakan "halangan untuk inovasi" dan membahayakan orang-orang yang mungkin harus menghadapi "pembunuhan, teror dan perang".
Pendiri Tesla Elon Musk juga menunjukkan bahwa dia tidak setuju dengan larangan imigrasi ini. Dia menyebutkan, larangan imigrasi bukanlah "cara terbaik" untuk menyelesaikan masalah negara AS. Dia juga berkata, banyak orang yang mendukung AS yang justru akan dilukai oleh peraturan ini.
CEO Airbnb, Brian Chesky berkata, perusahaannya akan menawarkan tempat tinggal gratis untuk pengungsi yang tidak diizinkan pergi ke AS karena pemblokiran ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News